Thursday, 16 April 2015

Para Inventor yang terlupakan



Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah cara pandang dan budaya manusia. Dari masa ke masa, dalam berbagai bidang. Tidak terkecuali  dalam bidang kesehatan. Dalam buku-buku ilmu pengetahuan, kita dikenalkan nama-nama tokoh yang berjasa menemukan obat-obatan, virus, vaksin,dan lain-lain. Ada Edward Jenner penemu vaksin cacar pada 1789, Louis Pasteur memprakarsai teori tentang bakteri dan menemukan obat antrax serta rabies pada 1856, Tehnik Rontgen yang dikenalkan oleh Conrad rontgen pada 1895, Alexander Flaming yang menemukan antibiotik pada tahun 1929, dan banyak lagi penemu bernama asing yang lain.
            Bagaimanapun, kita harus berterima kasih pada para inventor tersebut atas berbagai temuannya. Namun kita perlu tahu bahwa jauh sebelum itu, sebetulnya pengetahuan dan temuan yang saat ini menjadi rujukan dalam ilmu kedokteran modern dirumuskan oleh para ilmuwan muslim. Lalu mengapa nama mereka tidak pernah diperkenalkan kepada dunia? Terlupakan atau sengaja dilupakan? Agar dunia tidak pernah tahu bahwa dasar-dasar keilmuan kesehatan dan kedokteran modern dirintis oleh para ilmuwan muslim? Bahkan kita seorang muslim, tidak banyak tahu bahwa dunia kedokteran modern dirintis oleh para ilmuwan besar muslim.
Siapa saja mereka? Berikut adalah para ilmuwan muslim yang memiliki temuan besar dalam mengubah cara pandang manusia di  bidang kesehatan dan kedokteran namun dilupakan namanya oleh dunia:
1.    Al Kindi (±801- 873 M)
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī sebenarnya lebih dikenal sebagai filsuf. Beliau merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab seperti karya Aristoteles dan Plato. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al Kindi memiliki banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, hingga ilmu pengobatan. Juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi, Dibanding karyanya di bidang filsafat, sebenarnya karya ilmiahnya dalam bidang ilmu pengetahuan eksakta jauh lebih banyak. Minatnya yang amat besar di bidang eksakta tak diragukan lagi.Karena itu, banyak peneliti yang menganggap al-Kindi sebagai ilmuwan dari pada seorang filsuf. Pada masa hidupnya di abad 9M (±801-873 M), Al Kindi telah banyak memberikan sumbangan pikiran yang tertuang  dalam karya-karyanya tentang  ilmu pengobatan yaitu:
§  Risalah fii ‘illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran pernapasan).
§  Risalah fii Asyfiyat as-Sumum (tentang obat penawar racun).
§  Risalah fii ‘illat al-Judzam wa Asyfiyatuhu (tentang penyakit lepra dan pengobatannya).
§  Risalah fii ‘illat Baharin al-Amradh al-Haddah (sebab igauan dalam penyakit – penyakit akut).
2. Al Balkhi (±850-934 M)
Jauh sebelum barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa dan tempat perawatannya, pada abad ke 9 M di kota baghdad telah berdiri rumah sakit jiwa atau insane asylums oleh para dokter dan psikolog muslim.
Konsep kesehatan mental atau at-Tibb ar-Ruhani pertama kali diperkenalkan di dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter persia bernama Abu Zayd Ahmad Ibnu Sahl al-Balkhi, beliau lahir pada tahun 850 dan wafat pada tahun 934. Dalam bukunya berjudul “Masalih al-Abdan wa an-Anfus”, Al-Balkhi berhasil menghubungkan peyakit antara tubuh dan jiwa. Beliau menggunakan istilah ath-Thibb ar-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan spritual dan psikologi.

3. Al Razi (±864-930 M)
Abu bakar muhammad bin Zakariya ar-Razi dilahirkan pada bulan sya’ban tahun 251 H/ 864 M. dan wafat pada bulan sya’ban tahun 313 H/930 M. Al Razi adalah dokter istana Pangeran Abu Saleh Al-Mansur penguasa Khurosan, yang kemudian menjadi dokter pribadi khalifah sekaligus dokter kepala di RS Baghdad.
Pada awal abad ke-10, al Razi memulai eksperimen dan observasi klinis sehingga berhasil membangun dasar-dasar penyakit dari analisis urin dan menemukan kemoterapi. Metode yang dilakukan Ar-Razi sangat berbeda dengan metode Aristoteles dan Galen yang membangun pemikiran dan pendapatnya bukan melalui eksperimen sehingga tidak dapat diverifikasi. Beberapa buku kedokteran yang ditulisnya adalah:
§   ‘Al-Mansuri’ yang menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain: kesehatan publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Dalam kitab ini beliau juga menyebutkan semua anggota badan dan menjelaskan fungsinya masing-masing dengan sangat rinci.
§  ‘Al-Murshid’ yang membahas tentang pengobatan berbagai penyakit seperti pengobatan cacar air.
§  Al-Hawi’ menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di Paris yang terdiri dari 22 jilid. Ahli sejarah sepakat bahwa ar-Razi adalah mercusuar bagi kedokteran dalam dunia Islam dan barat sampai abad ke tujuh.
Al Razi adalah dokter Muslim yang pertama kali memperkenalkan kemoterapi. Dalam sebuah tulisan berjudul “The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of Pharmacy”, disebutkan Al-Razi adalah dokter yang pertama kali memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam pengobatan pada abad ke-10 M. Zat-zat kimia itu adalah alkohol, belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat kapur, tanah liat, karang, mutiara, ter, dan aspal. Kini, Kemoterapi digunakan sebagai metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia. Dalam kedokteran modern, kemoterapi merujuk kepada penggunaan obat sitostatik untuk merawat penyakit kanker.
Demikian juga dalam bidang Urologi, Al-Razi adalah peletak dasarnya. Rafik Berjak dan Muzaffar Iqbal, dalam karyanya “Ibn Sina - Al-Biruni correspondence, Islam & Science”, mencatat bahwa al Razi memperkenalkan metode-metode pengobatan saluran air kencing. Al Dayel juga dalam karyanya “Urology in Islamic medicine” menempatkan Al-Razi sebagai orang pertama yang menghasilkan obat penguji untuk perawatan berbagai penyakit saluran kencing. Hingga kini ahli fisika/dokter modern masih menggunakan metode Al-Razi.
3. Az Zahrawi (±930-1013 M)
Abu al-Qasim al-Zahrawi (930-1013 M) adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. pada tahun 1000 M (Abad 11) al Zahrawi mempublikasikan temuannya dalam ilmu bedah seperti 200 alat bedah dan plester yang belum pernah ditemukan sebelumnya dalam karya-karya kedokteran kuno seperti Hippocrates maupun kedokteran Yunani (seperti Unani) dan Persia (Akademi Gundishapur).
Selain itu ada empat buah buku yang dihasilkannya, salah satunya berjudul, ‘Al-Tasrif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’. Buku ini merupakan sebuah ensiklopedi yang terdiri dari 30 jilid berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
4. Ibnu Sina (±980-1037 M)
Ibnu Sina adalah tokoh kedokteran yang terkenal karena karya monumentalnya “Qanun fit Al-Thib” (The Canon of Medicine), sebuah ensiklopedia pengobatan (pharmacopedia) yang berisi satu juta kata. Ibnu Sina memberi sumbangan pada Bakteriologi yakni Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Ibnu Sina juga digelari Bapak Kedokteran Modern atas rekomendasinya pada tujuh aturan dasar dalam uji klinis atas suatu obat. Selama dua abad (Abad ke-15 dan Abad ke-16) karya tersebut dicetak ulang sebanyak 35 kali dan menjadi rujukan kedokteran Eropa dan dunia hingga abad ke-18. Ibnu Sina juga merupakan perintis beberapa metode terapi penyembuhan seperti aromaterapi, fitoterapi, psikoterapi, dan terapi pengobatan kanker.
Pada bidang aromaterapi Ibnu Sina menggunakan penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Metode pengobatan ini kemudian disebut aromaterapi. Saat ini Aromaterapi dikenal sebagai salah satu jenis pengobatan yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa romatic lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang.
Pada bidang Fitoterapi, Ibnu Sina (Avicenna) memperkenalkan pertama kali pengobatan menggunakan Taxus baccata L. Ramuan obat ala Ibnu Sina bernama “Zarnab” digunakan untuk menyembuhkan sakit jantung. Seorang sarjana Barat, Yalcin Tekol memberikan pengakuan atas karya Ibnu Sina, karena di dunia barat hingga tahun 1960 belum ada dokter yang menggunakan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis (Fitoterapi).

Pada bidang Psikoterapi, Ibnu Sina dan Al-Razi dikenal sebagai dokter pertama yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.  Ibnu Sina menerapkan ilmu nafs atau kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi, psikiatri dan neurosciences.

5. Ibnu an Nafis (±1210-1288 M)
Pendapat yang diyakini selama ini, teori mengenai sirkulasi paru-paru (kaitan antara pernafasan dan peredaran darah) ditemukan oleh ilmuwan eropa mulai abad ke 16. Penggiatnya berturut-turut ialah servetus, Vesalius, Colombo, dan terakhir Sir William Harvey dari Inggris.

Dr. Muhyo al-Deen al-Tawi, seorang ilmuwan dari Mesir menemukan sebuah tulisan berjudul "Commentary on The Anatomy of Canon of Avicenna" di perpustakaan nasional prussia, berlin. Belakangan diketahui bahwa tulisan itu karya Ibnu an-Nafis. Ini kemudian mengungkap sesuatu yang mengejutkan, yaitu diskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru – paru. Dengan meneliti berbagai manuskrip dan objek sejarah lain maka akhirnya terungkap bahwa penemu sirkulasi paru – paru adalah Ibnu an-Nafis pada abad ke 13. (ref: berbagai sumber)




No comments:

Post a Comment