Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah cara pandang dan
budaya manusia. Dari masa ke masa, dalam berbagai bidang. Tidak terkecuali dalam bidang kesehatan. Dalam buku-buku ilmu pengetahuan,
kita dikenalkan nama-nama tokoh yang berjasa menemukan obat-obatan, virus,
vaksin,dan lain-lain. Ada Edward Jenner penemu vaksin cacar pada 1789, Louis
Pasteur memprakarsai teori tentang bakteri dan menemukan obat antrax serta
rabies pada 1856, Tehnik Rontgen yang dikenalkan oleh Conrad rontgen pada 1895,
Alexander Flaming yang menemukan antibiotik pada tahun 1929, dan banyak lagi penemu
bernama asing yang lain.
Bagaimanapun, kita harus
berterima kasih pada para inventor
tersebut atas berbagai temuannya. Namun kita perlu tahu bahwa jauh sebelum itu,
sebetulnya pengetahuan dan temuan yang saat ini menjadi rujukan dalam ilmu
kedokteran modern dirumuskan oleh para ilmuwan muslim. Lalu mengapa nama mereka
tidak pernah diperkenalkan kepada dunia? Terlupakan atau sengaja dilupakan?
Agar dunia tidak pernah tahu bahwa dasar-dasar keilmuan kesehatan dan
kedokteran modern dirintis oleh para ilmuwan muslim? Bahkan kita seorang
muslim, tidak banyak tahu bahwa dunia kedokteran modern dirintis oleh para
ilmuwan besar muslim.
Siapa saja mereka? Berikut adalah para ilmuwan muslim yang
memiliki temuan besar dalam mengubah cara pandang manusia di bidang kesehatan dan kedokteran namun
dilupakan namanya oleh dunia:
1.
Al
Kindi (±801- 873 M)
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq
aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī sebenarnya lebih
dikenal sebagai filsuf. Beliau merupakan filsuf pertama yang lahir dari
kalangan Islam. Selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya filsuf
Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab seperti karya Aristoteles dan Plato. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah
menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al Kindi memiliki banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari metafisika, etika,
logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, hingga ilmu pengobatan. Juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca,
meteorologi dan gempa bumi, Dibanding karyanya di bidang filsafat, sebenarnya karya ilmiahnya
dalam bidang ilmu pengetahuan eksakta jauh lebih banyak. Minatnya yang amat
besar di bidang eksakta tak diragukan lagi.Karena itu, banyak peneliti yang
menganggap al-Kindi sebagai ilmuwan dari pada seorang filsuf. Pada masa hidupnya di abad 9M (±801-873 M), Al Kindi telah banyak
memberikan sumbangan pikiran yang tertuang
dalam karya-karyanya tentang ilmu
pengobatan yaitu:
§ Risalah
fii ‘illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran
pernapasan).
§ Risalah
fii Asyfiyat as-Sumum (tentang obat penawar racun).
§ Risalah
fii ‘illat al-Judzam wa Asyfiyatuhu (tentang penyakit lepra dan
pengobatannya).
§ Risalah
fii ‘illat Baharin al-Amradh al-Haddah (sebab igauan dalam penyakit –
penyakit akut).
2. Al Balkhi (±850-934 M)
Jauh
sebelum barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa dan tempat
perawatannya, pada abad ke 9 M di
kota baghdad telah berdiri rumah sakit jiwa atau insane
asylums oleh para dokter dan psikolog muslim.
Konsep
kesehatan mental atau at-Tibb ar-Ruhani pertama kali diperkenalkan di dunia
kedokteran Islam oleh seorang dokter persia bernama Abu Zayd Ahmad Ibnu Sahl
al-Balkhi, beliau lahir pada tahun 850 dan wafat pada tahun 934. Dalam
bukunya berjudul “Masalih al-Abdan wa an-Anfus”, Al-Balkhi berhasil
menghubungkan peyakit antara tubuh dan jiwa. Beliau menggunakan istilah ath-Thibb ar-Ruhani untuk menjelaskan
kesehatan spritual dan psikologi.
3. Al Razi (±864-930 M)
Abu bakar muhammad bin Zakariya ar-Razi dilahirkan pada bulan sya’ban tahun 251 H/ 864 M. dan wafat pada bulan sya’ban tahun 313 H/930 M. Al Razi adalah dokter istana Pangeran Abu Saleh
Al-Mansur penguasa Khurosan, yang kemudian
menjadi dokter pribadi khalifah sekaligus dokter kepala di RS Baghdad.
Pada awal abad ke-10, al Razi memulai
eksperimen dan observasi klinis sehingga berhasil membangun dasar-dasar
penyakit dari analisis urin dan menemukan kemoterapi. Metode yang dilakukan
Ar-Razi sangat berbeda dengan metode Aristoteles dan Galen yang membangun
pemikiran dan pendapatnya bukan melalui eksperimen sehingga tidak dapat
diverifikasi. Beberapa buku kedokteran yang ditulisnya adalah:
§ ‘Al-Mansuri’ yang
menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain: kesehatan publik,
pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Dalam kitab ini beliau juga menyebutkan semua anggota badan dan
menjelaskan fungsinya masing-masing dengan sangat rinci.
§ ‘Al-Murshid’ yang
membahas tentang pengobatan berbagai penyakit seperti pengobatan cacar air.
§ ‘Al-Hawi’ menjadi salah satu rujukan
sekolah kedokteran di Paris yang terdiri dari 22 jilid. Ahli
sejarah sepakat bahwa ar-Razi adalah mercusuar bagi kedokteran dalam dunia
Islam dan barat sampai abad ke tujuh.
Al Razi adalah dokter Muslim yang pertama kali
memperkenalkan kemoterapi. Dalam sebuah tulisan berjudul “The
Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of Pharmacy”, disebutkan
Al-Razi adalah dokter yang pertama kali memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia
dan obat-obatan dalam pengobatan pada abad ke-10 M. Zat-zat kimia itu adalah
alkohol, belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold
scoria, zat kapur, tanah liat, karang, mutiara, ter, dan aspal. Kini,
Kemoterapi digunakan sebagai metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia. Dalam kedokteran modern, kemoterapi merujuk kepada penggunaan obat
sitostatik untuk merawat penyakit kanker.
Demikian juga dalam bidang Urologi, Al-Razi
adalah peletak dasarnya. Rafik Berjak dan Muzaffar Iqbal, dalam karyanya “Ibn Sina - Al-Biruni correspondence, Islam
& Science”, mencatat bahwa al Razi memperkenalkan metode-metode pengobatan saluran
air kencing. Al Dayel juga dalam karyanya “Urology
in Islamic medicine” menempatkan Al-Razi sebagai orang pertama yang
menghasilkan obat penguji untuk perawatan berbagai penyakit saluran kencing.
Hingga kini ahli fisika/dokter modern masih menggunakan metode Al-Razi.
3. Az Zahrawi (±930-1013 M)
Abu al-Qasim al-Zahrawi (930-1013 M)
adalah
dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam
II
dari kekhalifahan Umayyah. pada tahun
1000 M (Abad 11) al Zahrawi mempublikasikan temuannya dalam ilmu
bedah seperti 200 alat bedah dan plester yang belum pernah ditemukan sebelumnya
dalam karya-karya kedokteran kuno seperti Hippocrates maupun kedokteran Yunani
(seperti Unani) dan Persia (Akademi Gundishapur).
Selain itu ada empat buah buku yang
dihasilkannya, salah satunya berjudul, ‘Al-Tasrif Liman
Ajiz’an Al-Ta’lif’. Buku ini merupakan sebuah ensiklopedi yang terdiri dari 30 jilid berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di
antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Al-Zahrawi secara rinci dan lugas
mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu
kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun
ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika
seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini
merupakan hasil karya Al-Zahrawi. Buku ini diterjemahkan ke bahasa
Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan,
buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
4. Ibnu Sina (±980-1037 M)
Ibnu Sina
adalah tokoh kedokteran yang terkenal karena karya monumentalnya “Qanun fit Al-Thib” (The Canon of Medicine), sebuah ensiklopedia
pengobatan (pharmacopedia) yang berisi satu juta kata. Ibnu Sina memberi sumbangan pada Bakteriologi yakni Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi
bakteri. Ibnu Sina juga
digelari Bapak Kedokteran Modern atas rekomendasinya pada tujuh aturan dasar
dalam uji klinis atas suatu obat. Selama dua abad (Abad ke-15 dan Abad ke-16)
karya tersebut dicetak ulang sebanyak 35 kali dan menjadi rujukan kedokteran
Eropa dan dunia hingga abad ke-18.
Ibnu Sina juga merupakan perintis beberapa metode terapi penyembuhan seperti
aromaterapi, fitoterapi, psikoterapi, dan terapi pengobatan kanker.
Pada bidang aromaterapi Ibnu Sina menggunakan penyulingan uap air itu untuk
membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Metode
pengobatan ini kemudian disebut
aromaterapi. Saat ini Aromaterapi dikenal sebagai salah satu jenis pengobatan yang menggunakan
bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan
senyawa romatic lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana
hati atau kesehatan seseorang.
Pada
bidang Fitoterapi,
Ibnu Sina (Avicenna) memperkenalkan pertama kali pengobatan menggunakan Taxus baccata L. Ramuan obat ala Ibnu
Sina bernama “Zarnab” digunakan untuk
menyembuhkan sakit jantung. Seorang sarjana Barat, Yalcin Tekol memberikan pengakuan
atas karya Ibnu Sina, karena di dunia
barat hingga tahun 1960 belum ada dokter yang menggunakan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak
tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis (Fitoterapi).
Pada bidang Psikoterapi, Ibnu Sina dan Al-Razi dikenal
sebagai dokter pertama yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi untuk mengatasi
gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Ibnu Sina menerapkan ilmu nafs atau kejiwaan yang berhubungan
dengan psikologi, psikiatri dan neurosciences.
5. Ibnu an Nafis (±1210-1288 M)
Pendapat
yang diyakini selama ini, teori mengenai sirkulasi paru-paru (kaitan antara
pernafasan dan peredaran darah) ditemukan oleh ilmuwan eropa mulai abad ke
16. Penggiatnya berturut-turut ialah servetus, Vesalius, Colombo, dan
terakhir Sir William Harvey dari Inggris.
Dr.
Muhyo al-Deen al-Tawi, seorang ilmuwan dari
Mesir menemukan sebuah tulisan berjudul "Commentary
on The Anatomy of Canon of Avicenna" di perpustakaan nasional prussia,
berlin. Belakangan diketahui bahwa tulisan itu karya Ibnu an-Nafis. Ini kemudian mengungkap sesuatu yang mengejutkan, yaitu diskripsi pertama
di dunia mengenai sirkulasi paru – paru. Dengan meneliti berbagai manuskrip
dan objek sejarah lain maka akhirnya terungkap
bahwa penemu sirkulasi paru – paru adalah Ibnu an-Nafis pada abad ke 13. (ref: berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment