Jika
anda mencoba bertanya pada search engineer
tentang siapa para penjelajah dunia, yang anda temukan pastilah hanya nama-nama
tokoh berkebangsaan Eropa. Demikian pula jika mencari jawabannya dengan membuka
buku sejarah, kita pasti diarahkan mengenal nama-nama berbau Italia, Portugis,
Spanyol, Inggris hingga Belanda, dari Bartholomeus Diaz yang dianggap begitu
heroic menancapkan tonggak awal penjelajahan samudra, hingga Magellhan- Del
cano yang diberikan anugerah tertinggi oleh raja Spanyol berupa bola dunia
untuk melegitimasi bahwa merekalah yang pertama kali mengelili samudera
membentang pada permukaan bumi.
Pelopor
penjelajahan samudera dari bangsa Eropa adalah
Marcopolo, pemuda Itali yang pada usia 17 tahun (1271 M) mengikuti ayah dan
pamannya mengarungi jalur sutera menuju Cina.
Marcopolo menuliskan kisah
perjalanannya dalam beberapa buku yang beberapa ratus tahun kemudian menjadi salah satu alasan bagi para penjelajah
Eropa lainnya untuk membuktikan kehebatan pengalamannya mengarungi samudera dan
pujiannya tentang keindahan belahan dunia timur yang disinggahinya.
Penaklukan
Konstantinopel (1453 M) oleh Sultan Muhammad Al Fatih membawa dampak yang besar
dalam penyebaran dakwah Islam, sekaligus penguasaan jalur perdagangan yang
sebelumnya dengan mudah diakses bangsa Eropa menuju Asia. Inilah alasan utama bangsa
Eropa beupaya mencari jalur samudera, mencari rute dagang menuju Asia demi
menyelamatkan kesejahteraan hidup mereka. Dalih lainnya adalah keinginan untuk
membuktikan catatan perjalanan Marcopolo, mencoba mengaplikasikan kompas yang
merupakan teknologi baru pada masa itu, serta membuktikan kebenaran teori bahwa
bumi berbentuk bulat. Maka digelontorkanlah yel2 3G (Gold, Gospel, Glory) yang artinya
kekayaan, kemuliaan, dan semangat
menyebarkan dakwah gereja. untuk memompa semangat para penjelajah bersama
awaknya agar kuat menjalani ekspredisi. hingga akhir. Pada abad 15 hingga 17
banyak penjelajah Eropa yang mengikuti jejak marcopolo, namun beberapa yang
mendapatkan catatan penting adalah sebagai beikut:
1.
Bartholomeus
Diaz (1487), dari Lisabon (Portugis) ke ujung Selatan benua Afrika, yang
dinamainya Tanjung Badai/ Tanjung Harapan (Cape of Good Hope)
2.
Christopher Columbus (1497), dari Spanyol, melintasi samudera
Atlantik, hingga tiba di kepulauan Bahama Karibia. Colombus bersama Amerigo
Vespucci mengklaim penemuan daerah yang dianggapnya masih baru ini
dan menamainya Amerika untuk dijadikan wilayah perrluasan Spanyol. Namun belakangan banyak sejarawan yang
berpendapat Colombus bukan yang pertama kali menemukan benua ini.
3.
Vasco da Gama (1497), mengikuti jejak Diaz, dari Lisabon ke Cape Verde Island
lalu menyusur ke selatan sampai ke Tanjung Harapan, setelah itu ke pantai timur jauh ke utara sampai Malindi (Kenya). Sempat singgah di pantai Afrika Timur, memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab. Di Calcuta, Vasco da Gama berupaya mendirikan pos perdagangan.namun setelah menyadari bahwa penghasil rempah-rempah bukan India melainkan Malaka, maka ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali, dan pada tahun 1499 kembali ke Portugal
lalu menyusur ke selatan sampai ke Tanjung Harapan, setelah itu ke pantai timur jauh ke utara sampai Malindi (Kenya). Sempat singgah di pantai Afrika Timur, memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab. Di Calcuta, Vasco da Gama berupaya mendirikan pos perdagangan.namun setelah menyadari bahwa penghasil rempah-rempah bukan India melainkan Malaka, maka ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali, dan pada tahun 1499 kembali ke Portugal
4.
Alfonso d’ Albuquerque (1511),
Melanjutkan informasi Vasco da gama
bahwa penghasil rempah-rempah adalah Malaka, Portugis mengirimkan ekspedisi ke
Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque dan berhasil menaklukkan Malaka.
5.
Ferdinand Magelhaens dan Del cano
(1519), berlayar dari Eropa ke
barat menuju Asia dan mengarungi Samudra Pasifik. Ekspedisi ini bertujuan
mengelilingi bumi yang dipercaya berbentuk bulat. Di Filipina Magelhaens
terbunuh dan digantikan kapten Del cano. singgah di Hindia Timur sebelum
kembali menuju Spanyol pada tahun 1522,
Setelah Magelhaen- del Cano dianggap berhasil melakukan
ekspedisi mengitari bumi, penjelajahan
samudera lainnya tak terbendung lagi. Jacques Cartier (1536) yang berhasil
mencapai Kanada, Sir James Lancester dan George Raymond (1591) yang berlayar
hingga Aceh, Penang, dan Banten, serta Cornelis de Houtman (1959) yang
kehadirannya di banten menjadi awal kependudukan Belanda di untuk menjajah dan
mengambili sumber daya alam nusantara hingga 350 tahun setelahnya.
Demikianlah
sejarah menceritakan pada kita tentang penjelajahan samudera yang dipelopori
oleh bangsa Eropa. Namun catatan sejarah yang ditutup-tutupi pada akhirnya
akan terungkap juga. Sejarah selalu
menceritakan Timur (Asia dan Afrika sebagai negeri yang masih primitive,
terbelakang dan kumuh, sementara Barat (Eropa) sebagai negeri orang-orang
terpelajar dan berbudaya. Buku Description
of the World yang ditulis Rustichello tahun 1298 bedasarkan penuturan
kisah Marcopolo atas petualangannya menjelajahi Asia sempat menggemparkan
literatur Eropa.
Buku ini ditentangkhalayak dan
Marcopolo dianggap berdusta atas informasi tak masuk akal di dalamnya yang mengungkapkan
ketinggian budaya Timur dan sumber daya alamnya yang melimpah. Bahkan pada
akhir hidupnya dia dipaksa salah satu Pastor untuk mengaku dosa
atas pandangannya terhadap timur. Namun dia justru berucap bahwa apa yang
dituturkannya dalam buku Description of The World hanyalah sebagian kecil dari
pengalamannya yang luar biasa di wilayah Timur . Hal itu terbukti, para
penjelajah setelah meninggalnya Marco Polo semuanya membuat laporan yang
membenarkan kisahnya, bahwa peradaban di Timur memang sudah maju sesuai
gambaran dalam buku tersebut. Kekayaan Asia akhirnya malah menjadi
bulan-bulanan Eropa. Negara Inggris, Portugis, Perancis, Spanyol dan Belanda
berebutan mencari wilayah jajahan di negara-negara Asia.
Belakangan
juga, banyak catatan dari kitab, prasasti, maupun bangunan peninggalan yang
disampaikan sejarawan Timur maupun Barat bahwa pelopor penjelajahan samudera
pada dasarnya adalah orang-orang Islam. Beberapa fakta menyebutkan bahwa jauh
sebelum Colombus mengklaim Amerika sebagai benua temuannya, seorang penjelajah
muslim telah berdakwah di tanah indian tersebut. Jauh sebelum petualangan
Marcopolo pada abad ke-13, sejak abad ke-9 penjelajahan samudera telah dimulai
oleh orang Islam. Catatan perjalanan Ibnu Batutah dan prasasti perjalanan
Laksamana Cheng-Ho adalah fakta yang tak mungkin terbantah. Semua penjelajah
Muslim ini melakukan ekspedisi sebelum Bartholomeus Diaz yang dinobatkan
sebagai pelayar pertama. Berikut ini adalah muslim penjelajah samudera beserta
bukti-bukti yang diungkap sejarawan:
1.
Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad (889 M)
Ahli sejarah dan ahli
geografi muslim Abul-Hassan Ali Ibn Al
Hussain Al Masudi (871-957) dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad
al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels) )menerangkan
bahwa Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad adalah seorang navigator muslim dari
Cordoba di Andalusia, beliau hidup pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol
Abdullah Ibn Muhammad (888-912), dia berlayar dari Delba Andalusia ( Palos Spanyol) pada tahun 889,
menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang
disebutnya ‘Ard Majhoola’, dan kemudian kembali dengan membawa hasil jual beli
berbagai barang-barang yang menakjubkan. Sesudah itu banyak pelayaran yang
dilakukan untuk mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga
menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari
pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
2.
Ibn Farrukh (999 M)
Dr. Yossef
Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate
the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996, dalam essay
berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr
Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika
Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus, merujuk
pada catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari
Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh pada Februari
999. Ibnu Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan
canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. kemudian melanjutkan pelayaran ke
arah barat, dan menemukan dua pulau yang dinamainya Capraria serta Pluitana. Ia
kembali ke Andalusia pada Mei 999 M.
3.
Sultan Abu Bakari I (1309- 1312 M)
Sultan-sultan
dari kerajaan Mali di Timbuktu, ternyata
juga banyak melakukan perjalanan hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab
Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) merinci
penjelajahan ini dengan seksama. Timbuktu dulunya adalah pusat peradaban,
perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Banyak muslim melakukan perjalanan
darat dan laut menuju atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat
melanglang buana hingga ke benua Amerika adalah Abu Bakari I (1285-1312).
Beliau memimpin dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika
dan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini
berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan atas benua Amerika ini diabadikan
dalam peta bernama Piri Re’isi yang
dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun
1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan
bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup
akurat.
Peta Piri Reis itu disimpan di Tobco
Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalis
Jerman, Prof Paul Kalhe, yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di
Leiden pada 1931. Untuk mengenang peta tersebut, pemerintah Turki
mengabadikannya sebagai gambar perangko.
4.
Ibnu Batuta (1325 M)
Ibnu
Batuta adalah seorang pemuda dari Tangier berusia 21 tahun ketika ia pertama
kali melangkahkan kakinya untuk memulai ekspedisi panjang mengarungi dunia.
Titik awal perjalanannya adalah Makkah al Mukarromah guna menunaikan ibadah
haji, serta menziarahi makam Rasulullah SWT di Madinah. Kisah perjalanannya
ditulis dalam buku catatannya yang dinamai Rihla.
Perjalananya
menuju 2 tanah suci ini membawanya bertualang dan menjelajahi samudera dan
menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia untuk mentadabburi luasnya alam
ciptaan Allah SWT. Ibnu Batutah lahir
dalam keluarga yang taat beragama, dan memiliki kecintaan yang tinggi untuk
belajar ilmu fikih serta sastra dan syair Arab. Beliau adalah seorang teologis,
sastrawan puisi cendekiawan, serta humanis.
Sejarawan
Brockelmann mengagumi ketangguhan Ibnu batuta yang selama hampir 30 tahun,
telah menjelajahi berbagai tempat mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa
Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan
Cina. Perjalanan panjang dan pengembaraannya itu mengelilingi dunia itu
mencapai 73 ribu mil atau sejauh 117 ribu kilometer. Hal ini melampaui capaian
Christopher Columbus, Vasco de Gama, bahkan Magelhaen yang mulai berlayar 125
setelah Ibnu Battuta. Sedang sejarawan George Sarton menambahkan bahwa jarak
perjalanan yang ditempuh Ibnu Battuta juga melebihi capaian Marco Polo. Sebuah
pencapaian yang tak ada duanya di masa itu.
Petualangan
panjang yang ditempuh Ibnu Battuta sempat membuatnya terdampar di Samudera
Pasai - kerajaan Islam pertama di Nusantara pada abad ke-13 M. Beliau menginjak
Aceh pada tahun 1345. Dan tinggal di bumi Serambi Makkah selama 15 hari. Dalam
catatan perjalanannya, Ibnu Battuta melukiskan Samudera Pasai dengan begitu
indah, sebagai ''Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan
indah,'' Kedatangan penjelajah tangguh asal Maroko itu mendapat sambutan hangat
dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai. Menurut catatan Ibnu Battuta, kala
itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara.
Penjelajah termasyhur itu juga mengagumi Sultan Mahmud Malik Al-Zahir penguasa
Samudera Pasai yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah
hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai
shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan
rakyatnya,'' kisah Ibnu Battuta.
5.
Laksamana
Cheng Ho
Seorang sejarawan bernama Gavin Menzies yang merupakan mantan
perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris, menjelaskan teorinya tentang pelayaran
terkenal dari pelaut muslim mashur asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama
bukti-bukti dari catatan sejarah, sejarawan ini sampai dengan yakin menyimpulkan bahwa penemu awal benua
Amerika bukan Columbus melainkan Laksamana Cheng-Ho.
Sejarah
kehebatan laksamana laut asal Tiongkok pada abad ke-15 ini baru mulai terkuak
Sekitar tahun 1930-an. Batu prasasti di sebuah kota di Provinsi Fujian Cina
yang bersaksi dan mengisahkan jejak perjalanan dan petualangannya. Catatan penjelajahan yang luar biasa itu tak hanya memiliki arti penting bagi
bangsa Cina, namun juga bagi umat Islam
dan bangsa Indonesia. Seperti halnya, Ibnu Battuta, Laksamana Cheng Ho pernah
singgah di Nusantara dalam ekspedisinya.
Dalam prasasti
tersebut, Cheng Ho mengatakan bahwa
dirinya diperintahkan kaisar Dinasti Ming untuk berlayar mengarungi samudera
menuju negara-negara di luar horizon. Dalam ekspedisinya mengelilingi benua
Afrika dan Asia itu, Cheng Ho mengerahkan armada raksasa dengan puluhan kapal
besar dan kapal kecil serta puluhan ribu awak.
Matt
Rosenberg, seorang ahli geografi terkemuka dunia mengungkapkan, ekspedisi laut
yang dipimpin Cheng Ho telah dilakukan 87 tahun sebelum Columbus, Vasco da Gama
dan Ferdinand Magelhaen. Petualangan antarbenua ini berlangsung selama 28 tahun
(1405 M -1433 M), dalam tujuh kali
pelayaran. Menurut Rosenberg pula, tak kurang dari 30 negara di benua Asia dan
Afrika disinggahi Laksamana Cheng Ho.
Jarak tempuh ekspedisi yang dipimpinnya ini mencapai 35 ribu mil.
Demikian
banyak bukti dan catatan sejarawan menunjukkan kehebatan orang-orang Islam
melakukan penjelajahan samudera. Bahkan para sejarawan sampai memiliki opini
masing-masing tentang penjelajah muslim yang dianggap terlebih dahulu menemukan
Amerika, karena masing-masing telah melakukan ekspedisi jauh sebelum klaim
Colombus.
Adanya
fakta-fakta yang disembunyikan sejarah ini, bisa jadi bukan suatu kebetulan.
Terlebih dalam kronologi penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa Eropa,
krisis dan dendam politik non Muslim terhadap umat Islam merupakan salah satu
penyebab utama, di mana pasca penaklukan Konstantinopel, akses bangsa Eropa
untuk memonopoli perdagangan di Asia di hambat oleh pemerintahan Turki Usmani.
Bangsa Eropa yang bertahan hidup mencoba mencari jalur alternative untuk
kembali dapat memonopoli perdagangan dunia (gold),
di samping tendensi lainnya untuk menyebarkan misi gereja (gospel), dan mencari popularitas dengan menuliskan sejarah dengan
sekehendak mereka (glory). Kita
orang-orang Islam tidak boleh diam dalam hal ini. Sejarah harus diluruskan.
Fakta harus diungkapkan. Bukan untuk sekedar melakukan kajian romantisme
sejarah, tapi untuk membangkitkan semangat akan potensi umat dengan berkaca
dari para pahlawan-pahlawan muslim terdahulu.
No comments:
Post a Comment