Tuesday, 8 September 2015

Muslimin Pelopor Penjelajahan Samudra

Jika anda mencoba bertanya pada search engineer tentang siapa para penjelajah dunia, yang anda temukan pastilah hanya nama-nama tokoh berkebangsaan Eropa. Demikian pula jika mencari jawabannya dengan membuka buku sejarah, kita pasti diarahkan mengenal nama-nama berbau Italia, Portugis, Spanyol, Inggris hingga Belanda, dari Bartholomeus Diaz yang dianggap begitu heroic menancapkan tonggak awal penjelajahan samudra, hingga Magellhan- Del cano yang diberikan anugerah tertinggi oleh raja Spanyol berupa bola dunia untuk melegitimasi bahwa merekalah yang pertama kali mengelili samudera membentang pada permukaan bumi.
Pelopor penjelajahan samudera dari  bangsa Eropa adalah Marcopolo, pemuda Itali yang pada usia 17 tahun (1271 M) mengikuti ayah dan pamannya mengarungi jalur sutera menuju Cina.
Marcopolo menuliskan kisah perjalanannya dalam beberapa buku yang beberapa ratus tahun kemudian  menjadi salah satu alasan bagi para penjelajah Eropa lainnya untuk membuktikan kehebatan pengalamannya mengarungi samudera dan pujiannya tentang keindahan belahan dunia timur yang disinggahinya. 
Penaklukan Konstantinopel (1453 M) oleh Sultan Muhammad Al Fatih membawa dampak yang besar dalam penyebaran dakwah Islam, sekaligus penguasaan jalur perdagangan yang sebelumnya dengan mudah diakses bangsa Eropa menuju Asia. Inilah alasan utama bangsa Eropa beupaya mencari jalur samudera, mencari rute dagang menuju Asia demi menyelamatkan kesejahteraan hidup mereka. Dalih lainnya adalah keinginan untuk membuktikan catatan perjalanan Marcopolo, mencoba mengaplikasikan kompas yang merupakan teknologi baru pada masa itu, serta membuktikan kebenaran teori bahwa bumi berbentuk bulat. Maka digelontorkanlah yel2 3G (Gold, Gospel, Glory) yang artinya  kekayaan, kemuliaan, dan  semangat menyebarkan dakwah gereja. untuk memompa semangat para penjelajah bersama awaknya agar kuat menjalani ekspredisi. hingga akhir. Pada abad 15 hingga 17 banyak penjelajah Eropa yang mengikuti jejak marcopolo, namun beberapa yang mendapatkan catatan penting adalah sebagai beikut: 
1.    Bartholomeus Diaz (1487), dari Lisabon (Portugis) ke ujung Selatan benua Afrika, yang dinamainya Tanjung Badai/ Tanjung Harapan (Cape of Good Hope)
2.       Christopher Columbus (1497), dari Spanyol, melintasi samudera Atlantik, hingga tiba di kepulauan Bahama Karibia. Colombus bersama Amerigo Vespucci mengklaim penemuan daerah yang dianggapnya masih baru ini dan menamainya Amerika untuk dijadikan wilayah perrluasan Spanyol.  Namun belakangan banyak sejarawan yang berpendapat Colombus bukan yang pertama kali menemukan benua ini.
3.      Vasco da Gama (1497), mengikuti jejak Diaz, dari Lisabon ke Cape Verde Island
lalu menyusur ke selatan sampai ke Tanjung Harapan, setelah itu ke pantai timur jauh ke utara sampai Malindi (Kenya). Semp
at singgah di pantai Afrika Timur, memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab. Di Calcuta, Vasco da Gama berupaya mendirikan pos perdagangan.namun setelah menyadari bahwa penghasil rempah-rempah bukan India melainkan Malaka, maka ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali, dan pada tahun 1499 kembali ke Portugal
4.      Alfonso d’ Albuquerque (1511), Melanjutkan informasi Vasco  da gama bahwa penghasil rempah-rempah adalah Malaka, Portugis mengirimkan ekspedisi ke Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque dan berhasil menaklukkan Malaka.
5.      Ferdinand Magelhaens dan Del cano (1519), berlayar dari Eropa ke barat menuju Asia dan mengarungi Samudra Pasifik. Ekspedisi ini bertujuan mengelilingi bumi yang dipercaya berbentuk bulat. Di Filipina Magelhaens terbunuh dan digantikan kapten Del cano. singgah di Hindia Timur sebelum kembali menuju Spanyol pada tahun 1522,

Setelah Magelhaen- del Cano dianggap berhasil melakukan ekspedisi mengitari bumi,  penjelajahan samudera lainnya tak terbendung lagi. Jacques Cartier (1536) yang berhasil mencapai Kanada, Sir James Lancester dan George Raymond (1591) yang berlayar hingga Aceh, Penang, dan Banten, serta Cornelis de Houtman (1959) yang kehadirannya di banten menjadi awal kependudukan Belanda di untuk menjajah dan mengambili sumber daya alam nusantara hingga 350 tahun setelahnya.
Demikianlah sejarah menceritakan pada kita tentang penjelajahan samudera yang dipelopori oleh bangsa Eropa. Namun catatan sejarah yang ditutup-tutupi pada akhirnya akan  terungkap juga. Sejarah selalu menceritakan Timur (Asia dan Afrika sebagai negeri yang masih primitive, terbelakang dan kumuh, sementara Barat (Eropa) sebagai negeri orang-orang terpelajar dan berbudaya. Buku Description of the World yang ditulis Rustichello tahun 1298 bedasarkan penuturan kisah Marcopolo atas petualangannya menjelajahi Asia sempat menggemparkan literatur Eropa. Buku ini ditentangkhalayak  dan Marcopolo dianggap berdusta atas informasi tak masuk akal di dalamnya yang mengungkapkan ketinggian budaya Timur dan sumber daya alamnya yang melimpah. Bahkan pada akhir hidupnya dia dipaksa salah satu Pastor untuk mengaku dosa atas pandangannya terhadap timur. Namun dia justru berucap bahwa apa yang dituturkannya dalam buku Description of The World hanyalah sebagian kecil dari pengalamannya yang luar biasa di wilayah Timur . Hal itu terbukti, para penjelajah setelah meninggalnya Marco Polo semuanya membuat laporan yang membenarkan kisahnya, bahwa peradaban di Timur memang sudah maju sesuai gambaran dalam buku tersebut. Kekayaan Asia akhirnya malah menjadi bulan-bulanan Eropa. Negara Inggris, Portugis, Perancis, Spanyol dan Belanda berebutan mencari wilayah jajahan di negara-negara Asia.
Belakangan juga, banyak catatan dari kitab, prasasti, maupun bangunan peninggalan yang disampaikan sejarawan Timur maupun Barat bahwa pelopor penjelajahan samudera pada dasarnya adalah orang-orang Islam. Beberapa fakta menyebutkan bahwa jauh sebelum Colombus mengklaim Amerika sebagai benua temuannya, seorang penjelajah muslim telah berdakwah di tanah indian tersebut. Jauh sebelum petualangan Marcopolo pada abad ke-13, sejak abad ke-9 penjelajahan samudera telah dimulai oleh orang Islam. Catatan perjalanan Ibnu Batutah dan prasasti perjalanan Laksamana Cheng-Ho adalah fakta yang tak mungkin terbantah. Semua penjelajah Muslim ini melakukan ekspedisi sebelum Bartholomeus Diaz yang dinobatkan sebagai pelayar pertama. Berikut ini adalah muslim penjelajah samudera beserta bukti-bukti yang diungkap sejarawan:
1.       Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad (889 M)
Ahli sejarah dan ahli geografi muslim  Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (871-957) dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels) )menerangkan bahwa Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad adalah seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, beliau hidup pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912), dia berlayar dari Delba  Andalusia ( Palos Spanyol) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya ‘Ard Majhoola’, dan kemudian kembali dengan membawa hasil jual beli berbagai barang-barang yang menakjubkan. Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan untuk mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik  yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.

2.       Ibn Farrukh (999 M)
Dr. Yossef  Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996, dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus, merujuk pada catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh pada Februari 999. Ibnu Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. kemudian melanjutkan pelayaran ke arah barat, dan menemukan dua pulau yang dinamainya Capraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia pada Mei 999 M.

3.      Sultan Abu Bakari I (1309- 1312 M)
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di  Timbuktu, ternyata juga banyak melakukan perjalanan hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) merinci penjelajahan ini dengan seksama. Timbuktu dulunya adalah pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Banyak muslim melakukan perjalanan darat dan laut menuju atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua Amerika adalah Abu Bakari I (1285-1312). Beliau memimpin dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan atas benua Amerika ini diabadikan dalam peta bernama Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Peta Piri Reis itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalis Jerman, Prof Paul Kalhe, yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. Untuk mengenang peta tersebut, pemerintah Turki mengabadikannya sebagai gambar perangko.

4.      Ibnu Batuta (1325 M)
Ibnu Batuta adalah seorang pemuda dari Tangier berusia 21 tahun ketika ia pertama kali melangkahkan kakinya untuk memulai ekspedisi panjang mengarungi dunia. Titik awal perjalanannya adalah Makkah al Mukarromah guna menunaikan ibadah haji, serta menziarahi makam Rasulullah SWT di Madinah. Kisah perjalanannya ditulis dalam buku catatannya yang dinamai Rihla.
Perjalananya menuju 2 tanah suci ini membawanya bertualang dan menjelajahi samudera dan menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia untuk mentadabburi luasnya alam ciptaan Allah SWT. Ibnu  Batutah lahir dalam keluarga yang taat beragama, dan memiliki kecintaan yang tinggi untuk belajar ilmu fikih serta sastra dan syair Arab. Beliau adalah seorang teologis, sastrawan puisi cendekiawan, serta humanis.
Sejarawan Brockelmann mengagumi ketangguhan Ibnu batuta yang selama hampir 30 tahun, telah menjelajahi berbagai tempat mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Cina. Perjalanan panjang dan pengembaraannya itu mengelilingi dunia itu mencapai 73 ribu mil atau sejauh 117 ribu kilometer. Hal ini melampaui capaian Christopher Columbus, Vasco de Gama, bahkan Magelhaen yang mulai berlayar 125 setelah Ibnu Battuta. Sedang sejarawan George Sarton menambahkan bahwa jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Battuta juga melebihi capaian Marco Polo. Sebuah pencapaian yang tak ada duanya di masa itu.
Petualangan panjang yang ditempuh Ibnu Battuta sempat membuatnya terdampar di Samudera Pasai - kerajaan Islam pertama di Nusantara pada abad ke-13 M. Beliau menginjak Aceh pada tahun 1345. Dan tinggal di bumi Serambi Makkah selama 15 hari. Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Battuta melukiskan Samudera Pasai dengan begitu indah, sebagai ''Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,'' Kedatangan penjelajah tangguh asal Maroko itu mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai. Menurut catatan Ibnu Battuta, kala itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Penjelajah termasyhur itu juga mengagumi Sultan Mahmud Malik Al-Zahir penguasa Samudera Pasai yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya,'' kisah Ibnu Battuta.

5.      Laksamana Cheng Ho
Seorang sejarawan bernama Gavin Menzies yang merupakan mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris, menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut muslim mashur asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti dari catatan sejarah,  sejarawan ini sampai dengan  yakin menyimpulkan bahwa penemu awal benua Amerika bukan Columbus melainkan Laksamana Cheng-Ho.
Sejarah kehebatan laksamana laut asal Tiongkok pada abad ke-15 ini baru mulai terkuak Sekitar tahun 1930-an.  Batu  prasasti di sebuah kota di Provinsi Fujian Cina yang bersaksi dan mengisahkan jejak perjalanan dan petualangannya.  Catatan penjelajahan yang luar biasa  itu tak hanya memiliki arti penting bagi bangsa Cina,  namun juga bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Seperti halnya, Ibnu Battuta, Laksamana Cheng Ho pernah singgah di Nusantara dalam ekspedisinya.
Dalam prasasti tersebut,  Cheng Ho mengatakan bahwa dirinya diperintahkan kaisar Dinasti Ming untuk berlayar mengarungi samudera menuju negara-negara di luar horizon. Dalam ekspedisinya mengelilingi benua Afrika dan Asia itu, Cheng Ho mengerahkan armada raksasa dengan puluhan kapal besar dan kapal kecil serta puluhan ribu awak.
Matt Rosenberg, seorang ahli geografi terkemuka dunia mengungkapkan, ekspedisi laut yang dipimpin Cheng Ho telah dilakukan 87 tahun sebelum Columbus, Vasco da Gama dan Ferdinand Magelhaen. Petualangan antarbenua ini berlangsung selama 28 tahun (1405 M -1433 M),  dalam tujuh kali pelayaran. Menurut Rosenberg pula, tak kurang dari 30 negara di benua Asia dan Afrika disinggahi  Laksamana Cheng Ho. Jarak tempuh ekspedisi yang dipimpinnya ini mencapai 35 ribu mil.
Demikian banyak bukti dan catatan sejarawan menunjukkan kehebatan orang-orang Islam melakukan penjelajahan samudera. Bahkan para sejarawan sampai memiliki opini masing-masing tentang penjelajah muslim yang dianggap terlebih dahulu menemukan Amerika, karena masing-masing telah melakukan ekspedisi jauh sebelum klaim Colombus.

Adanya fakta-fakta yang disembunyikan sejarah ini, bisa jadi bukan suatu kebetulan. Terlebih dalam kronologi penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa Eropa, krisis dan dendam politik non Muslim terhadap umat Islam merupakan salah satu penyebab utama, di mana pasca penaklukan Konstantinopel, akses bangsa Eropa untuk memonopoli perdagangan di Asia di hambat oleh pemerintahan Turki Usmani. Bangsa Eropa yang bertahan hidup mencoba mencari jalur alternative untuk kembali dapat memonopoli perdagangan dunia (gold), di samping tendensi lainnya untuk menyebarkan misi gereja (gospel), dan mencari popularitas dengan menuliskan sejarah dengan sekehendak mereka (glory). Kita orang-orang Islam tidak boleh diam dalam hal ini. Sejarah harus diluruskan. Fakta harus diungkapkan. Bukan untuk sekedar melakukan kajian romantisme sejarah, tapi untuk membangkitkan semangat akan potensi umat dengan berkaca dari para pahlawan-pahlawan muslim terdahulu. 

No comments:

Post a Comment