Monday, 2 November 2015

Rasul Allah dan Peradaban Dunia

Berangkat dari buku sejarah, Mesir, Romawi, Yunani, di sanalah terdapat bukti-bukti fisik ketinggian peradaban manusia di dunia. Dan para sejarawan telah membungkus kesepakatan bahwa sumber peradaban yang paling awal, kurang lebih pada enam ribu tahun yang lalu adalah Mesir. Adapun zaman sebelum ini dikategorikan sebagai pra-sejarah.

Namun kesimpulan tersebut tidak membuat para ahli purbakala puas begitu saja. Para arkeolog
pada masa ini terus mengadakan penggalian-penggalian di Irak dan Suria untuk mempelajari peradaban Asiria dan Funisia, guna menentukan apakah peradaban di kedua wilayah tersebut ada lebih duludan mempengaruhi peradaban di Mesir atau justru datang setelahnya dan dipengaruhi oleh peradaban Mesir.

Satu hal yang dapat dipastikan adalah bahwa, sumber peradaban pertama baik di Mesir, Funisia atau Asiria, semuanya memiliki hubungan dengan Laut Tengah. Dan bahwa Mesirlah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama itu ke Yunani dan Romawi. Dan bahwa sampai sekarangpun,  masa hidup kita sekarang ini, masih erat sekali hubungannya dengan peradaban pertama itu.

Temuan sejarah sejauh ini tidak dapat memberi gambaran yang jelas terhadap adanya perkemmbangan peradaban-peradaban pada masa Fira’un, Asiria atau Yunani. Kecuali setelah adanya akulturasi dan saling-keterkaitan dengan peradaban Islam. Di sinilah proses saling mempengaruhi itu terjadi. proses asimilasi yang sedemikian rupa, sehingga besar pengaruhnya pada peradaban dunia yang menjadi pijakan manusia dewasa ini.

Peradaban-peradaban itu begitu luas tersebar ke pantai-pantai Laut Tengah dan sekitarnya; Mesir, Asiria dan Yunani sejak ribuan tahun yang lalu, dan sampai saat ini perkembangannya tetap dikagumi dunia. Dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, perdagangan, peperangan dan segala bidang kegiatan manusia. Dan dapat dibuktikan, bahwa semua peradaban itu, sumber dan pertumbuhannya selalu berasal dari agama.

Masyarakat di sekitar Laut Tengah saat itu telah memiliki kepercayaan spiritual meski berbeda-beda. Ada kepercayaan trinitas Mesir Purba yang tergambar dalam Osiris, Isis dan Horus, yang memperlihatkan kesatuan dan penjelmaan hidup kembali di negerinya serta hubungan kekalnya hidup dari bapa kepada anak. Dan ada paganisme Yunani dalam melukiskan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang bersumber dan tumbuh dari gejala-gejala alam berdasarkan pancaindera. Kepercayaan-kepercayaan tersebut kian lama mengalami kemunduran, namun tetap membentuk perjalanan sejarah dunia
yang begitu kuat pengaruhnya sampai saat ini.

Fakta lainnya adalah, dalam wilayah itulah dilahirkan para rasul Allah swt yang menyeru kepada masing-masing umatnya. Mesir adalah negeri kelahiran nabi Musa As. yang dibesarkan dan diasuh dalam naungan kerajaan Firaun. Di tengah para pendeta dan pemuka-pemuka agama kerajaan itu nabi Musa mendapat wahyu tentang keesaan Allah swt dan rahasia-rahasia alam.

Dakwah yang dilakukan nabi Musa As untuk menyembah Allah swt mendapat tantangan dari Firaun, bala tentara dan tukang-tukang sihirnya, sehingga bersama pengikutnya dari bani  Israil nabi Musa As. berlari ke Palestina. Dan di Palestina inilah dilahirkan nabi Isa As. Dakwah nabi Isa As. tidak jauh berbeda dengan nabi Musa As. Tantangan dan ancaman yang diterima nabi Isa As sungguh luar biasa, hingga Allah swt mengangkat nabi Isa As ke langit. Namun para pengikutnya tak berhenti berdakwah menyebarkan agama yang diajarkannya meskipun mereka terus mengalami bermacam-macam penganiayaan.

Dengan kehendak Allah swt agama ini tersebar, hingga imperium Romawi yang menguasai dunia saat itu menyebarkan agama ini sampai ke Mesir, Syam (Suria-Libanon dan Palestina), Yunani, hingga ke Ethiopia. Selama beberapa abad kekuasaan agama ini semakin kuat. Semua yang berada di bawah panji Kerajaan Romawi dan ingin mengadakan hubungan persahabatan dengan Kerajaan ini, berada di bawah panji
agama Masehi itu. Bersamaan dengan majunya agama Nasrani dalam kekuasaan Romawi, agama Majusi di Persia juga mendapat dukungan besar dari Timur jauh dan India. Kesimpulannya, selama beberapa abad, Asiria dan Mesir yang membentang sepanjang Funisia, telah merintangi terjadinya suatu pertarungan langsung antara kepercayaan dan peradaban Barat dengan Timur.

Tetapi kemudian, Persia mengalahkan Romawi dan dapat menguasai Syam, Mesir serta sudah sampai ambang pintu Bizantium. Namun pihak yang berkuasa tetap menghormati kepercayaan penduduk yang wilayahnya dikuasai. Rumah-rumah ibadat mereka yang sudah hancur akibat perang dibangun kembali dan dibiarkan mereka bebas menjalankan upacara-upacara keagamaannya.

Keadaan itu berlangsung terus sampai abad keenam. Pertentangan antara Romawi dengan Bizantium semakin lama makin meruncing. Kekuasaan Romawi, yang benderanya berkibar di benua Eropa sampai ke Gaul dan Kelt di Inggris selama beberapa generasi hingga zaman Julius Caesar, berangsur-angsur kemegahannya mulai surut, sampai akhirnya Bizantium memisahkan diri. Puncak keruntuhan Kerajaan Romawi terjadi ketika pasukan Vandal datang menyerbu dan merebut kekuasaan. Peristiwa ini menimbulkan bekas yang dalam pada agama Masehi yang tumbuh dalam pangkuan Kerajaan Rumawi. Mereka yang sudah beriman kepada Allah dan nabi Isa As serta mengalami pengorbanan-pengorbanan besar dalam dakwah berada dalam ketakutan di bawah kekuasaan Vandal itu.

Mazhab-mazhab agama Nasrani akhirnya mulai terpecah belah. Dari zaman ke zaman mazhab-mazhab itu terbagi lagi ke dalam sekte-sekte dan golongan. Setiap golongan mempunyai pandangan dan dasar-dasar agama sendiri yang bertentangan dengan golongan lainnya. Pertentangan antar golongan satu sama lain karena  perbedaan pandangan itu telah mengakibatkan permusuhan pribadi yang terbawa karena moral yang lemah, sehingga cepat sekali berada dalam ketakutan, fanatisme buta dan kebekuan.

No comments:

Post a Comment