Sunday, 22 January 2017

Es Dawet Siwalan, Kuliner Tuban Ramah Kantong



Tuban dan siwalan, 2 hal tak terpisahkan. Seperti Romeo dan Juliet, Yusuf dan Zulaikha, Upin dan Ipin, Harry  Potter dan Voldemort... (oh tidak! Jangan sebut namanya)


Tuban, kabupaten di pinggir pantai utara yang memiliki luas 1.905 km2 ini, adalah pelabuhan internasional pada masa kerajaan Majapahit. Lokasi yang strategis dan sumber daya alam yang kaya, menjadikan Tuban jujugan para saudagar Arab dan Cina sejak jaman kaki-nini buyut kita. Makam Syaikh Akbar Ibrahim Asmaraqandi dan cucunya, Sunan Bonang, adalah bukti melimpahnya khasanah surgawi yang membuat para suyukh penyebar Islam di Jawa memilihnya sebagai salah satu titik membangun peradaban.



Dari lautnya, Tuban makmur akan hasil olahan laut. Dari ikan panggang, terasi udang, kerupuk ikan, petis, sampai kare rajungan yang banyak diburu penggila kuliner masa kini. Nah kalau dari daratan, ini dia buah paling khas dari Tuban. Anda buru ke penjuru nusantara pun, ke Eropa, Amerika, dataran Sahara, kagak bakal ketemu. Memang cuma di sini adanya, di Tuban. Yup, itu dia, buah siwalan.



Nah, bicara tentang siwalan, rasanya udah ngiler aja mbayangin yang seger-seger maknyos. Dari antara masyarakat Tuban yang jumlahnya 1,15 juta jiwa ini, muncullah penemu kuliner khas Tuban yang orang biasa sebut es dawet siwalan.


Di sebut begitu karena, pertama, dia disajikan dengan es. Bukan dengan mie, ketan, apalagi bakso. Jadilah, dia harus disebut es, bukan mie siwalan, ketan siwalan, apalagi bakso siwalan. Masuk akal bukan?


Yang kedua, disebut dawet karena siwalannya menggantikan peranan dawet dalam sebuah ekosistem buatan manusia yang terdapat dalam wadah gelas, berisi es, dituangi santan, dan dicurahi  gula secukupnya. Untuk membangun appetite dan menyegarkan aroma, biasanya anda akan bertemu irisan nangka seukuran dadu dibelah tujuh (niat amat ngukurnya) ketika menyendok isinya.


Jadi begitu, nama dawet muncul karena sifat fungsional, bukan karena homofonitas dengan kata lainnya. Nasi liwet, misalnya, atau bakulnya yang ruwet, apalagi karena ada nasab dengan Stewart (baca: steiwet), artis yang dari Hongkong atau mana itu.


Bisa jadi, asal-usul es dawet siwalan ini bermula dari seorang penjual es dawet yang kehabisan dawetnya ketika pembeli terakhirnya datang. Anda tahu apalah arti es dawet tanpa dawet. Maka penjual es dawet ini, sekali lagi bisa jadi, berlari susah payah dari toko sofa sampai warung pasta, hingga akhirnya ketemu ide untuk menjadikan buah siwalan segar sebagai pengganti dawetnya yang tertukar (oleh uang pembeli).


Nah, whatever... this is it! Es dawet siwalan, disajikan di pinggir jalan, rasanya enak, haaalal!



 Harganya mahal nggak???


Oh... don’t worry abang-nona! Anda cuma perlu merogoh kocek 400.000 IDR jika ingin mentraktir 100 orang teman anda pada hari ulang tahun atau syukuran pernikahan. Yup! Suwer ewer-ewer, harganya HANYA 4000 doang! IDR, tidak menerima dollar, ringgit apalagi koin game. Jelas?


Di mana bisa menemukannya? Oh, plis.. Tuban memang tak seukuran daun mangga, tapi gampang kok! Jika anda jeli menoleh kiri kanan di jalan Sunan Kalijaga, tidak sulit mendapatkan penjual beserta rombongnya. Di pinggir alun-alun Tuban pun ada. Mereka tidak suka main petak umpet, jadi pasti akan senang anda temukan.



Nah, saudara-saudari, saya yakin informasi ini cukup helpful dan membuat anda merasa thankful. Maka dari pada banyak kata, silakan eksekusi saja kakak Bro! Jika anda mampir ke Tuban dan merasa kehausan tapi isi saku pas-pasan, Es dawet siwalan is the only choice. Segarnya... misuwur!

10 comments:

  1. mantap mbak.. es cao campur siwalan, biasa ada dihalaman depan wisata pantai boom

    ReplyDelete
  2. Waktu ke Tuban belum sempet kuliner dan belanja-belanja nih. Ulang aaahh...hehehe

    ReplyDelete
  3. Segar plus murah, tapi tak murahan

    ReplyDelete
  4. Enak banget baca tulisan mba Hiday.
    Pengen.😅
    Harusnya ini sekaligus jd tulisan untuk tantangan dr Mba Wiwid tentang kuliner, mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lagi kebanyakan tantangan smpe bingung nyelesain mana duluan, mbak

      Delete