Monday, 1 May 2017

Tuhan Tahu, Tapi Menunggu



Bagi penggemar novel Andrea Hirata, istilah ini pasti tidak asing, “Tuhan tahu, tapi menunggu”. Andrea menjadikan kutipan ini sebagai salah satu judul mozaik dalam Sang Pemimpi.


Di bab itu, Andrea bercerita tentang Arai kecil yang jail dan kerap meledek supremasi punggawa masjid di kampungnya. Setiap kali Taikong Hamim mengimami sholat dengan bacaan jahr, Arai akan menjawab akhir surat Al fatihah dengan cara melolong seperti serigala, “Aaammmiiiin...miiiiin miiiiin”.

Di belakang hari, pada novel Edensor, dalam mozaik Enam Belas tahun Tuhan Menunggu, Andrea menceritakan balasan kenakalan Arai. Dalam kesempatannya menjelajah Eropa hingga Afrika, Ikal dan Arai berhenti di Austria.

Di masjid Gmunden, mereka disambut ratusan jamaah muslim dari berbagai negara. Imam masjid, Oruzgan Mourad Karzani, ternyata adalah pahlawan perang Balloch penumbang resimen Tentara Merah Rusia yang dua belas tahun menginvasi Afganistan. Ikal dan Arai mengagumi Oruzgan sejak pertama mengenalnya dari televisi, bertahun lalu. Di bawah kharisma imam muda Oruzgan, mereka berdua ‘mati-gaya’ dan terbayang-bayang dosa masa kecilnya.

Saat sang imam memimpin salat, mereka terbawa pada bacaan imam di kampungnya karena setiap lekukan tajwid, gaya dan lagunya mirip benar dengan bacaan Taikong Hamim. Arai terhanyut, sampai-sampai usai imam melafalkan waladh dhoolliiin, Arai tanpa sadar melolongkan kata “Aaammmiiiin...miiiiin miiiiin” persis seperti kebiasannya di masa kecil.

Tuhan memberikan ganjaran rasa malu yang tak tertanggungkan pada dosa masa kecil Arai, setelah enam belas tahun berlalu.

Banyak kisah lainnya dengan konteks Tuhan Tahu Tapi Menunggu dalam tetralogi yang ditulis Andrea. Salah satu yang positif adalah tentang desa impian Ikal yang pada masa kecil hanya dibaca melaui novel Herriot, Seandaianya Mereka Bisa Bicara.

Di novel pertama, Laskar Pelangi, diceritakan bahwa bertahun-tahun desa itu ada dalam pikiran Ikal, membantunya membangun optimisme dan melecut kegigihannya berjuang. Suatu saat dalam masa belajarnya di Inggris, bis mengantar Ikal berkeliling ke pelosok desa dan membuatnya menemukan desa Edensor yang permai itu.

The Power of Dreaming dalam novel Andrea disimpulkan melalui pernyataan tokoh bernama Pak Balia, bahwa setiap perstiwa di jagat raya ini tidak ubahnya sebuah mozaik, terserak dan tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, pada akhirnya serpih-serpih itu akan bersatu membentuk sosok sebagaimana montase Antoni Gaudi.

Kutipan lainnya yang terkenal adalah, “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu!”

Good Sees the Truth, but Waits. Redaksi asli berbahasa Inggris ini sebenarnya dikutip Andrea dari seorang sastrawan Rusia kenamaan, Leo Tolstoy. Kalimat ini merupakan judul sebuah kumpulan cerpen. Di dalamnya, terdapat satu cerpen dengan judul yang sama, tentang perjuangan seorang narapidana bernama Aksionov yang dituduh melakukan pembunuhan. Meski mengelak, bukti-bukti justru menguatkan bahwa  Aksionovlah pelakunya.

Puncaknya, istrinya sendiri meragukan kejujurannya ketika bersumpah bahwa dirinya bukan pelaku pembunauhan itu. Aksionov lalu berkata, meski tak ada yang mempercayainya, Tuhan Maha Tahu.

Aksionov lalu diganjar hukuman di rumah tahanan hingga dia pasrah dan tidak lagi berusaha menyesali nasib. Namun setelah 26 tahun, di tempat tahanannya Aksionov bertemu pembunuh yang sesungguhnya. Aksionov ingin membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Pada akhirnya, namanya memang dibersihkan oleh pemerintah. Namun hal itu terjadi sesaat ketika dia baru saja wafat.

Terlepas dari kisah buatan Andrea maupun Tolstoy, saya sepenuhnya percaya bahwa segala sesuatu yang kita minta dengan sepenuh hati, pasti akan dikabulkan Tuhan. Sebagai pemeluk Islam, saya meyakini hal ini berdasarkan isi QS Al Mukmin: 60 (Berdoalah, Aku akan menjawab doamu).

Hanya saja kita tidak tahu kapan yang kita inginkan akan datang. Tuhan saja yang tahu. Dalam pengalaman pribadi sekalipun, ada banyak cerita tentang cara Tuhan mengabulkan doa kita, baik yang tertulis detail sebagai rencana, yang hanya terucap tanpa sempat terdokumentasikan, atau yang  sekedar di angan saja.

Satu contoh saja, tentang keinginan menjadi penulis. Dulu saya pikir, keinginan itu seperti tinggi melayang di atas langit, sulit tergapai. Namun karena keyakinan, Tuhan memberi banyak jalan, banyak kemudahan untuk berusaha dan mendapatkan kesempatan, hingga tidak terasa satu demi satu buku lahir atas nama saya, sendiri maupun berkelompok.

Tuhan tahu, tapi menunggu. Ungkapan ini, sejatinya berisi tentang keyakinan sekaligus kesabaran. Yakin bahwa Tuhan Maha Tahu apa yang kita mau, tapi Tuhan bisa jadi tidak akan memberikannya langsung. Tunggu saja, karena Tuhan lebih tahu kapan saat terbaik bagi kita untuk menerima kejutan.

Senada dengan hal tersebut, Ahmad Fuadi dalam trilogi novelnya mempopulerkan 3 kata mutiara yang menginspirasi. Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Masalahnya, setelah bersungguh-sungguh, akankah semuanya langsung kita dapatkan? Ternyata tidak.

Dalam novel keduanya Fuadi menegaskan bahwa, Tuhan memang mewujudkan impian kita, bisa dengan cepat atau lambat. Jadi, hanya orang yang sabar yang akan menuai hasil. Man shabara zhafira. Dan di antara kerja keras serta kesabaran, ada satu hal yang tidak boleh luput dari perhatian, ialah konsisten atau terus menerus. Maka, man saara ala al darbi, washala. Barangsiapa yang berjalan konsisten pada yang dituju, maka akan sampai.***

10 comments:

  1. Terimakasih buat sentilan pada paragraf terakhir mbak. Konsisten, salah satu komponen utama sampai pada tujuan, yg stelannya pd diri saya masih suka on off 🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 mbak, mari berjuang untuk konsisten

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. terkadang saya berpikir kenapa Allah belum mengabulkan doa saya, tanpa merasa jalan yang saya lalui . merupakan petunjuk apa yang saya inginkan. -_- , ya seperti itulah kadang Allah mengabulkan keinginan hambanya :)

    ReplyDelete
  3. Masya Allah, keren banget Mak...

    Jadi, kenapa Leo Tolstoy membuat perumpamaan itu sudah kamu temukan jawabannya kah???

    ReplyDelete
  4. Keren. Aku penggemarnya Andrea Hirata. Dan aku suka kepoin Edensor. 😍
    Tentunya... Aku suka tulisannya mbak Hiday ini.

    ReplyDelete