Monday, 31 July 2017

COLLAPSE


Seorang sosiolog, Andi Basti Tetteng, menilai fenomena bunuh diri belakangan ini meningkat. Diperkirakan, ada 82 orang Indonesia yang bunuh diri setiap harinya.”


‘Sok tahu!!’ batinku menimpali


“lni berita terbaru! koran online, Mei 2017. Kamu mau membaca sendiri atau kubacakan? baiklah kubacakan saja!”



‘sialan! Berani-beraninya mengganggu ketenangan hidupku yang... aarghh!!! Dia pikir ini lelucon? Tolol!’


“Fenomena ini merupakan gambaran kian merosotnya kesehatan mental masyarakat Indonesia. Menurut Data WHO Tahun 2005, sedikitnya terdapat 30 ribu kasus bunuh diri di Indonesia setiap tahunnya. Artinya rata-rata ada 82 orang Indonesia bunuh diri perharinya. Kelompok usia paling banyak bunuh diri adalah remaja dan dewasa muda usia 15 hingga 24 tahun” Suara pria dari balik dinding kamar kosku itu, semakin mengganggu. Otakku sudah macet, aku benci berpikir lalu sakit kepala lagi seperti keruntuhan langit-langit rumah.


“Jadi apa alasan orang bunuh diri, sebenarnya?” terdengar suara berbeda, lelaki kedua.


‘coba jawab, iblis sotoy, memangnya kau tau apa yang terjadi?’ tantangku dalam hati. Tapi, kenapa... tiba-tiba aku penasaran pada jawabannya? Apakah.. aku.. mulai tak yakin?


“Well,  banyak sebab. jauh dari keluarga, kesepian, salah gaul, putus cinta, terlilit hutang, mengalami penindasan. Banyak. tapi menurutku muaranya satu, jauh dari Tuhan. mereka ini berpikiran sempit karena tidak punya Tuhan untuk mengeluh” ujarnya dengan percaya diri maksimal.


Kampret! kau tidak apa-apa tentang hidup orang lain.


Jiwaku seperti mau pecah, satu ingin memburunya dan menyumpal mulutnya yang lancang. jika perlu kupotong lidahnya yang sok suci. Tahu apa dia tentang kegagalan, kepedihan? tau apa dia tentang Tuhan?


Dua, rasa sakit yang tak dapat kudefinisikan, memaksa tubuhku melayang pergi dan memutus perihnya kehidupan, tapi badanku berat. berat seperti gunung yang menempel pada bumi. perasaan sangat-sangat tak nyaman, tak enak. aku ingin berhenti.


“jauh dari Tuhan membuat seseorang mudah tersambar stress. parahnya, depresi. mentalnya, pola pikirnya, terganggu. Tak lagi bisa berpikir baik dan benar. menganggap bahwa kesulitan hidupnya tak bisa diselesaikan, selain dengan mengakhiri hidupnya sendiri.”


Kurang ajar! tau apa dia tentang kesulitan hidup! Sumpah aku ingin terbang ke tempatnya dan menampar wajahnya dengan pisau dapur. tau apa dia tentang rasanya ditipu pacar yang telah menggauli selama 3 tahun. dia tak pernah tahu rasanya kiamat ketika melihat lelaki predator itu tertawa beringas di dalam kamar yang sangat kuhapal seluruh isinya, baunya, berapa jumlah alat kontrasepsi yang bersisa, tapi tidak denganku?


Tau apa dia tentang teman palsu yang melarikan tabunganku 50 juta dengan nama investasi?

Tau apa rasanya memiliki orangtua yang mewakilkan kebutuhanku bersandar pada kiriman duit, duit dan duit? tau apa orang-orang sok suci tentang kehidupan?


Bahkan Tuhan yang dia sebut-sebut itu! tanyakan! tanyakan kenapa ia hanya membuka pintu surga kepada orang-orang suci saja? aku menggapai-gapai dan tak seorang pun yang tertarik mensucikanku. Tuhan dengan sengaja, sejak awal memilihku sebagai penduduk neraka. lalu kenapa aku harus menunggu? sekarang atau nanti, tidakkah sama saja?


“Dari segi jenis kelamin, lelaki empat kali lebih banyak bunuh diri dari perempuan. Namun angka percobaan bunuh diri perempuan melakukan empat kali lebih banyak dari laki-laki. Tindakan... unuh di..ri yang... dilakukan pe... rem...puan ...nya ... sebagai upaya... mi... ...nta di...kasihani'.”
dia masih nyerocos, tapi entah, pendengaranku seperti mulai lemah. mataku kabur, berat, gelap. Seperti ada sengatan kalajengking yang merambat. Melaju dari kaki, melewati tungkai, badanku, uughh leh..herku.. akkuu.. mmaauu mmunntaaaghhh ghhhwweeekkk hhhwuuueek...***


“Anda sudah sadar, nona?”


“app-apakah... ini kamar mayat?” suaraku parau, kulihat gorden putih mengelilingi tempatku berbaring. apakah dia malaikat? kudengar para pendosa hanya punya hak dikawal malaikat berwajah suram. malaikat ini, mengapa bersih dan berbaju putih?


“anda ditemukan collapse di kamar kos. Alhamdulillah, masa kritis Anda sudah berlalu.


“ss-ssiapa? siapa yang membawa saya kemari?” sahutku, penasaran. perlahan aku ingat suara lelaki di sebelah kamarku. sekarang aku ingat, harusnya kamar itu kosong karena Nina, penghuni sebelumnya, telah pulang kampung sejak usai wisuda seminggu yang lalu. mereka... siapa?
tiba-tiba satu persatu kamarku dipenuhi wajah orang-orang yang lama kurindukan. Ayah, Mama, bergantian mereka memelukku.


“tolong jangan lakukan hal bodoh itu lagi, sayang. jantung mama berhenti mendapat kabar bahwa Ibu kos menemukanmu dalam kondisi hampir tak tertolong” mama menangis.


Mama, Ayah, aku butuh kalian, air mataku meleleh tanpa bisa kukontrol lagi.


“Nona Octi, ini milik anda? saya menemukannya di ranjang dorong  saat nona baru datang” seorang suster menyerahkan benda seperti buku. aku agak ragu-ragu menerimanya. itu.. Al quran dan tarjamah, kubaca sampul depannya.
mana mungkin ini milikku. tapi kenapa dia ada di ranjang dorong yang membawaku kemari?


‘jadi ini milik siapa? Ibu kos yang membawaku kemari?’ tiba-tiba aku teringat lagi ucapan lelaki misterius di kamar kosong itu. jauh dari Tuhan. Ttu-haann... aku memang jauh dari Tuhan.


sebuah kertas persegi tiba-tiba jatuh dari tengah halaman kitab yang kupegang.


“Ketika Anda menyerah pada ketidakberdayaan, saat itulah Tuhan akan membukakan jalan. duduklah saja, menangislah, berceritalah pada Tuhan. Rasakan, Dia sangat menyayangimu”


air mataku menganak sungai, lagi, tak terbendung. Ttu-Hann.. meski bukan orang suci, ijinkan aku mendapatkan cintamu


#tugas fiksi 6,
Stefan Wolf dalam Kasus Untuk Stop selalu menggunakan ceramah ilmiah yang dibebankan pada seorang tokoh, melalui dialog.

Adapun pembukaan dengan berita adalah salah satu contoh yang diulas Joni ariadinata dalam 'Aku Bisa Menulis Fiksi'

7 comments:

  1. Woww.. pesan moralnya bagus bet bun. Sukaakkk

    ReplyDelete
  2. Kereeenn mbak hiday..😎😎😎

    ReplyDelete
  3. Keren mbak.. Cuma agak terganggu dengan penggunaan huruf kapitalnya. Mungkin bisa dirapiin lagi yah mbak. :)

    ReplyDelete
  4. Ahahaha iya Pril, maaf, langsung meluncur tanpa edit.

    ReplyDelete
  5. Oke saya akan mulai mengulas :

    +Alurnya bagus.

    +Pemilihan diksi oke.


    - kalimat pertama membocorkan keseluruhan cerita. Ini pasti cerita bunuh diri. Kalau yang masih penasaran akan lanjut, kalau yang bosan sama kasus bunuh diri yang lagi marak mungkin aga enggan.

    -huruf kapital dan tanda baca agak berantakan 😂😂

    - terkesan menggurui di kalimat-kalimat akhir. Kitab suci yang muncul tiba-tiba, kata-kata bijak yang nyelip, dsb. Saya pernah baca, tentang pembaca yang tidak suka digurui ketika sedang membaca fiksi. PR Penulis ketika harus dapat menyampaikan pesannya tanpa terkesan menggurui.

    ReplyDelete
  6. Waah detail sekali masukannya Miss Sabrina. I'll try to do better next time °°>

    ReplyDelete