Menurutku, anjing itu paranoid. maaf jika anda
penyayang anjing, it’s just my self
opinion, having several bad memories with dogs. Dan aku sudah beberapa kali
membuktikan bagaimana paranoidnya mereka.
Siang itu sambil menggendong Kazumi, mendekati
gubug di pinggir sungai, hatiku sudah dag dig dug. Konon, tidak hanya satu atau
dua, tapi beberapa belas anjing suka berkeliaran di sana. Kalau bukan karena
tanggung-jawab, no way, tak sudi aku pergi.
Mbak Mila, pegawai paruh waktuku tak sempat mengambil gajinya sejak beberapa
hari lalu. Aku merasa bersalah jika tidak segera mengirimkannya. “Berikanlah
gaji sebelum kering keringat mereka” aku pemegang prinsip itu. Untuk tujuan
mulia itulah aku nekad mendatangi rumahnya.
Celingak-celinguk mencari jalan setapak teraman
untuk mencapai tujuanku, aku tak sadar berpasang-pasang mata memelototi. Belum
lagi mengayun langkah, suara-suara yang kubenci itu menyergap.
“guk! Guk! Guk!” satu anjing di utara mengeraskan
gonggongan, mencari dukungan kawan.
“guk guk guk!” anjing di timur muncul, berjalan ke
arahku dengan tampang garang mengintimidasi
Tanpa pikir panjang aku menyerukan mantra andalan,
“TOLONG! TOLONG!” sambil balik kanan pelan-pelan,
agar mereka tak semakin murka. 3 anjing besar mendekat dari arah berbeda. Aku
tambah panik.
“TOLONG! TOLONG!” teriakan kukeraskan agar
terdengar oleh pemuda di seberang jalan.
Untung dia merespon cepat, mengambil kerikil
dengan wajah mengancam ke anjing-anjing tak-sopan itu. Gonggongan berhenti tapi
tak satupun melangkah mundur. Akhirnya kerikil kecil-kecil itu dilemparkan
keras-keras. Ketiga anjing itu pontang-panting terusir. Bergegas aku menunaikan
tujuan dan buru-buru pergi.
Nah, see??? apa namanya jika bukan paranoid? apa yang
dipikirkan anjing-anjing itu? dikiranya aku mau mencuri harta tuan mereka?
Dikiranya aku mau menyakiti mereka? aku orang baik-baik, sedang menggendong
baby mungilku Kazumi, membawa niat yang baik di dalam hati, tanpa ba bi bu aku
digonggonginya. Sialnya, tak berani menghadapiku sendiri, anjing rendah diri
itu cari teman untuk menyerang. Untung Tuhan mendatangkan bantuan.
To
be honest, aku tak suka
menyakiti binatang. Aku tak tega melihat mereka dilempari batu. Tapi, what should i do? cannot help but let him do
that, apalagi aku memang terdesak. I
don’t like nor hate the dog. But still I need to thank that anonymous hero, anyway.
Kisahku yang lain tentang anjing, sama, berawal
dari paranoia. Bukan aku tapi
anjing-anjing itu. Aku dalam perjalanan pulang sekolah waktu itu. Hobiku,
mencari jalan yang tak ramai, menikmati udara yang tak banyak terkontaminasi
karbon dioksida, back to nature sambil cari inspirasi. Simply, judulnya tadabbur alam.
Tak tahu dari mana asalnya, seekor anjing putih
kecil tiba-tiba muncul di samping jalan. Menggonggong keras. Aku hafal tabiat
jelek mereka, cari teman untuk menakuti orang. Hanya dalam hitungan detik, 3
atau 4 anjing kecil lainnya datang. Ramai-ramai mereka menyusul motorku.
Sebel, takut, bingung. Mereka makin kencang
berkonfoi sambil gak-guk-gak guk. Ku kencangkan laju motorku. Semakin kencang
mereka lari, semakin dekat, semakin nekat. Aku, semakin panik. Pikiranku buntu.
Tak sadar, tiba-tiba seluruh organ gerakku telah mengambil alih, menentukan
respon cepat. Kedua kaki kuangkat, tanganku memutar gas lebih kencang, mataku
terpejam, dan mulutku berteriak lantang
“TOLONG!!! ASTAGHFIRULLAH AL ADHIM!!! TOLONG YA
ALLAH!!!”
Entah berapa detik itu terjadi, cepat sekali. Saat
aku membuka mata aku segera mengontrol laju motorku. Untunglah tidak sampai
jatuh atau nabrak sesuatu. Dan oh!!! Tahukah anda kawan, anjing itu sudah
tertinggal jauh dibelakangku. Berbaris berjajar dan diam termangu menatapku
pergi.
Mengintip mereka terbengong dari kaca spionku,
motor ku hentikan. Lalu “hahaha!!” tertawa sendiri. Kemudian tersadar lalu
lihat kanan-kiri. Ada yang lihat nggak ya tadi? Ah memalukan banget...
Itu dua kisah menyebalkanku diserang anjing. Ada
lebih banyak sebetulnya. Jadi maklumilah kalo aku menghakimi mereka sebagai
paranoiac. And I Thank God that he always
set for me an escape.
Tapi ada juga saat dimana aku tak bisa pergi dari
anjing. Beberapa waktu dulu, Aku harus berdiam di desa terpencil di ujung
kabupaten Sleman DIY. Di Outclassku yang 3 hari itu aku ditemani gadis chinese
yang baik hati dan penyayang anjing. Sedihnya, di lokasi tinggalku banyak orang
memelihara anjing. Setiap kali aku gemetaran melihatnya. Kawanku ini
mengucapkan pepatah usang ‘tak kenal maka tak sayang”.
Oh please dear!!! you wouldn’t know me even if i
tell you thousand times. Aku dan anjing, it’s definitely not such kind of
relationship like that. It’s all about a
principle, if only she know that. Really, about a significant principle. Bahwa
binatang itu adalah HARAM dalam kitab suciku. Itu yang membuatku takut padanya,
takut mendekati dan didekati sosok yang haram itu, lebih daripada takut digigit
olehnya.
Dogs,
they’re God’s creature. Thus, i cannot hate them. Tapi saya sangat tidak suka kalo ada orang yang
memelihara anjing dan membiarkannya keluyuran sesuka hati. Terutama di daerah
yang penduduknya mayoritas muslim. Terlebih jika pemiliknya ngaku beragama
Islam. hate it to the top. Mau
ngeless apapun saya tidak bisa menganggapnya benar. Apalagi kalo pake rujukan
Ashabul kahfi. Kenapa ashabul kahfi boleh hidup bersama anjing tapi kita
dilarang? Ya iyalah, jamannya juga beda. Tiap Rasul dibekali aturan
sendiri-sendiri untuk mengatur kaumnya. Dulu ya dulu, sekarang ya aturan
sekarang. Aturan terbaru, yaitu al Quran. Masak ada orang mengaku muslim tapi badannya
najis sepanjang waktu? That’s a very big
NO!
No comments:
Post a Comment