Bagi sobat yang karyanya sering nongol di koran, rasa excited-ku ini bisa-bisa dibilang over atau show off. whatever deh, yang jelas aku punya cerita sendiri dibalik nongolnya kumpulan puisi ini di radar.
Kata teman yang hampir tiap minggu cernaknya menghias radar regional kotaku, "setiap penulis harus sabar melewati tahap ketika tulisan2 yang udah dikirim d media diacuhkan (alias nggak terbit). dan saya, Alhamdulillah, sudah ngelewati fase itu."
"So, dirimu juga pernah ditolak?" Aku penasaran.
"Ya iyalah!!!" dia sewot, suram mengingat masa lalu kayaknya. :D
"Sering?"
"Lumayan!"
Ooh.. gitu.. 'Aku juga belum tembus-tembus nih' gerutuku dalam hati.
Ok deh, artinya fase ditolakku belum tuntas. Aku akan coba lagi sampai di mana fase itu akan berakhir. Kalaupun belum ada yang nyantol, aku akan kirim teus dan terus sampai editor hafal namaku dan tahu mental bajaku.
Kirim opini, nggak muat. kumpulan puisi, nggak muat juga. Padahal menurutku keren. kumpulan puisi yang kutulis dalam perjalanan panjang selama di Singapore. Ciee... mahal kan???
Seorang teman, wartawan, bilang, "kalau mau kirim karya ke media, lihat dia paling suka mbahas apa. Akhirnya meski karyaku tak nongol, kulihat karya yang dimuat, seringnya sih yang mengusung lokalitas.
ooh... jadi gitu ya seleranya koran ini? Okay, Bismillah... coba kusisipkan unsur lokalitas di dalam puisiku.
sebagai bentuk ikhtiar yang lain, kirim di hari Senin atau Selasa. kenapa because di hari itu biasanya editor sudah beres milih karya, tinggal nglay-out dsb.
dan tadaa!!! Di ahad pagi yang cerah kawanku memotret dan memajang kumpulan puisiku yang dimuat. Thanks Ya Rabb. Naik ke next level berarti. Apa itu? Kirim terus dan terus sampe editor hafal bahwa nama kita adalah jaminan tulisan bermutu. Bismillah!!!
Keren mba. Sy blm pernah...
ReplyDeleteSelamat mencoba Nindyah
ReplyDeleteSaya juga...
ReplyDeleteKereeen. :D
ReplyDeleteMudah-mudahan aku bisa nyusul. :D
Kereeen. :D
ReplyDeleteMudah-mudahan aku bisa nyusul. :D