Tuesday, 9 February 2016

Valentine???



Februari lagi. Pink mendominasi lagi. Coklat jadi artis lagi. Bunga tak ketinggalan. Aneka pesta, event, konser, nobar, kumpul rame-rame, dan sederetan agenda beikutnya menyambut sehari yang disakralkan dunia. Sedihnya, hari-hari lainnya sesama pemilik lembar kalender Februai jadi kena getahnya.


                Katanya ini bulan kasih sayang. Entah dari mana awal yang pasti, orang menyebutnya hari kasih sayang. Istilah keennya Valentine’s Day. Aih, coba kau pikir betul-betul, apa hubungan coklat dengan kasih sayang? Anak kandung? Ibu tiri? Sepupu ipar? Jangan tanya padaku, akupun tak tahu.

                Sejarah hari itu kenapa dimuliakan, pun simpang siur. Ada yang merujuk pada upacara pemujaan dewa kesuburan pada abad IV SM. Ada yang menyebutkan sebagai peringatan pada uskup bernama Saint Valentine yang menikahkan seorang tentara dengan kekasihnya, ketika kekaisaran Romawi Claudius II melarang prajurit menikah agar tak melempem di medan perang. Versi lain, uskup valentine membantu orang-oang Kristen yang dianiaya sehingga dijebloskan di penjara. Dan di balik jeruji justru jatuh cinta pada seorang gadis yang diselamatkannya hingga beujung dengan hukuman penggal.

                Seorang penyair Inggris, Geoffrey Chaucer pada tahun 1382 menulis puisi Parliament of Fowls untuk merayakan pertunangan Raja Richard II. Dalam puisi itu, disebutkan bahwa hari valentine diperingati pada 3 Mei, bukan 14 Febuari. Nah, nggak jelas kenapa sekarang jadi februari.

                Budaya saling mengucapkan selamat valentine bemula pada abad 19. Kesempatan itu tak dilewatkan oleh pasar. Maka diproduksilah katu ucapan. The Greeting Card Association US mengatakan menyebutkan bahwa setiap tahunnya ada semilyar kartu valentine tersebar di seluruh dunia. Sungguh bulan yang  membahagiakan bagi perusahaan produsen kartu ucapan.

                Tradisi saling bertukar kartu ucapan pun berevolusi. Hingga pada pertengahan abad 20, muncul budaya mengkado barang dari pria ke wanita. Tak mau kalah dengan produsen kartu, mulailah dikaitkan kasih sayang dengan bunga, coklat, bahkan permen. Bisnis barang-barang itu menlonjak drastic setiap Februai.  Pada tahun 1980an, industry berlian tak ketinggalan. Kalimat-kalimat pemikat dipropagandakan untuk menanamkan ajaran bahwa hari valentine adalah saat tepat untuk membeikan hadiah perhiasan. Wow!!! Sangat mungkin, ragam  kado valentine akan terus berevolusi.
               

                

2 comments:

  1. Yang pasti bukan budaya islam ya mbak :D

    ReplyDelete
  2. jelas bukan :D
    ebooknya tak tunggu ya an, hehe..

    ReplyDelete