Februari lagi. Pink mendominasi lagi. Coklat jadi artis lagi. Bunga tak ketinggalan. Aneka pesta, event, konser, nobar, kumpul rame-rame, dan sederetan agenda beikutnya menyambut sehari yang disakralkan dunia. Sedihnya, hari-hari lainnya sesama pemilik lembar kalender Februai jadi kena getahnya.
Katanya
ini bulan kasih sayang. Entah dari mana awal yang pasti, orang menyebutnya hari
kasih sayang. Istilah keennya Valentine’s Day. Aih, coba kau pikir betul-betul,
apa hubungan coklat dengan kasih sayang? Anak kandung? Ibu tiri? Sepupu ipar?
Jangan tanya padaku, akupun tak tahu.
Sejarah
hari itu kenapa dimuliakan, pun simpang siur. Ada yang merujuk pada upacara
pemujaan dewa kesuburan pada abad IV SM. Ada yang menyebutkan sebagai
peringatan pada uskup bernama Saint Valentine yang menikahkan seorang tentara
dengan kekasihnya, ketika kekaisaran Romawi Claudius II melarang prajurit
menikah agar tak melempem di medan perang. Versi lain, uskup valentine membantu
orang-oang Kristen yang dianiaya sehingga dijebloskan di penjara. Dan di balik
jeruji justru jatuh cinta pada seorang gadis yang diselamatkannya hingga
beujung dengan hukuman penggal.
Seorang
penyair Inggris, Geoffrey Chaucer pada tahun 1382 menulis puisi Parliament of
Fowls untuk merayakan pertunangan Raja Richard II. Dalam puisi itu, disebutkan
bahwa hari valentine diperingati pada 3 Mei, bukan 14 Febuari. Nah, nggak jelas
kenapa sekarang jadi februari.
Budaya
saling mengucapkan selamat valentine bemula pada abad 19. Kesempatan itu tak
dilewatkan oleh pasar. Maka diproduksilah katu ucapan. The Greeting Card
Association US mengatakan menyebutkan bahwa setiap tahunnya ada semilyar kartu
valentine tersebar di seluruh dunia. Sungguh bulan yang membahagiakan bagi perusahaan produsen kartu
ucapan.
Tradisi
saling bertukar kartu ucapan pun berevolusi. Hingga pada pertengahan abad 20,
muncul budaya mengkado barang dari pria ke wanita. Tak mau kalah dengan
produsen kartu, mulailah dikaitkan kasih sayang dengan bunga, coklat, bahkan
permen. Bisnis barang-barang itu menlonjak drastic setiap Februai. Pada tahun 1980an, industry berlian tak
ketinggalan. Kalimat-kalimat pemikat dipropagandakan untuk menanamkan ajaran
bahwa hari valentine adalah saat tepat untuk membeikan hadiah perhiasan. Wow!!! Sangat mungkin, ragam kado valentine akan terus berevolusi.
Yang pasti bukan budaya islam ya mbak :D
ReplyDeletejelas bukan :D
ReplyDeleteebooknya tak tunggu ya an, hehe..