Faidza Azamta fatawakkal alallaah (QS 3: 59)
Dan
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt.
(QS
Ali Imron; 59)
Beasiswa LPDP konon katanya adalah beasiswa bergengsi di tanah air
kita Indonesia, yang jumlah peminatnya cukup wow! Dan saya baru ngeh dengan Qiilaa wa Qaal tersebut setelah
ngerasakan sendiri. Dengan registrasi yang saya lakukan di hari terakhir dan
jam-jam menuju deadline, saya diganjar nomer peserta 6538. What??? Sebanyak itukah? Oh
My…
Nggak bagus tuh sebenarnya, ndaftar kok sudah di ujung waktu.
Trafficnya pasti rame, trus lagi… haduh… sempat stress gegara iklan-iklan yang
muncul tak diundang. Bikin sewot banget, sampe sempat nyoba ganti laptop
segala. Padahal saya ngupload dokumen dari pagi lho!
Alhamdulillah ala kulli Hal,
jika Allah telah berkehendak, semuanya jadi mungkin. Jam Sembilan malam lewat
sekian, aplikasi pendaftaran saya submit.
Dan langsung disambut email jawaban dari LPDP. Huwiih… lega.
Sebetulnya sih saya sudah nyicil segala kelengkapan data ini 3 bulan
sebelumnya. Begitu kelar dengan urusan TOEFL, saya langsung membuat akun
pendaftaran di www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id
Butuh waktu banget memang. Apalagi dengan status dan posisi sebagai
emak beranak 2 yang ngajar di SD, SMP sekaligus SMA di lembaga tempat saya
ngajar, amanah sebagai waka bidang kurikulum di SMP dan SMA, serta aktivitas di
FLP Tuban. Saya sampe berkali-kali ngelihat jadwal pendaftaran LPDP yang saya
dapet pertama kali dari Mbak Sinta Yudisia, untuk memastikan agar tak telat
deadline batch 2.
Ijazah, transkrip, dan sertifikat Bahasa, saya upload duluan.
Selanjutnya setelah petualangan berburu skor TOEFL yang minimal larinya harus
ke Surabaya, I begin my next adventure to pursue some references. Referensi
atau surat rekomendasi ini, bisa-bisa saja sih kalau mau minta pada atasan.
Tapi kurang keren dong, kalo cuma dari kepsek yang belahan dunia lain belum
kenal beliau itu siapa. Nah, yang saya target untuk jadi recommender saya
pertama kali adalah Ibu ketua FLP Pusat yang warbiazzah dan humble-nya dah
tenar kemana-mana, mbak Sinta. Meskipun hadeeeh… aktivitas beliau yang waktu
itu masih riweuh ngurusi milad flp di
Jogja, juga menghadiri undangan ke Maroko beberapa Minggu. Pokoknya kudu sabar,
sabar, sabar menanti. Karena secara struktur, beliau pimpinan saya di FLP, maka
testimoninya terutama pada bidang aktivitas sosial kemasyarakatan yang saya lakukan
selama ini pasti akan bernilai. Sangat.
Yang kedua, jelas harus minta rekom dari dosen. Tapi karena saya
sudah OFF lamaaa bingit dari kampus, mau menghubungi para bapak ibu professor
dosen lama kok rasanya sungkan gimanaa.. gitu. Untungnya nih, Pembina UKM KSR
yang dulu saya ikuti jaman mahasiswa, orangnya super baik. Saya bahkan tak
harus ke Jogja untuk ngurus ini-itu. Cukup email and print, beres.
Alhamdulillah…
Yang ketiga, siapa ya? Rencana sih mau pedekate ke Mbak Iin, kakak
kelas jaman kuliah dulu, yang kakaknya adalah rector perguruan tinggi swasta di
Lamongan, yang aktivitas dan prestasinya udah kemana-mana. Tapi eh… mbak Iin
bilang, pak rector nggak mau kasih rekom kalo nggak kenal langsung. Iya lah! Ya… namanya juga coba aja, just
perhaps hehe.
Tapi kemudian mbak Iin menyampaikan sesuatu yang mengguncang hati
saking kagetnya, “kukasih rekom mau gak? Aku Wakil Rektor bidang akademik dan
kerjasama, plus interviewer LPDP lho!”
What? Serius? Ya Rabby… ditawari rekom dari interviewer LPDP, mana
bisa nolak???
Meskipun 1 rekom saja sebetulnya cukup. Tapi, berasa ada yang kurang
nih. Butuh professor. Tapi pasti akan lamaaa sangat pedekatenya. Udah lama lost
contact semua. Siapa ya?
“Minta aja sama temenmu, Nihayatul Wafiroh!” Mbak Iin menganjurkan. “kamu
ketik namanya di search angine, udah kemana-mana itu kiprahnya!”
O ya?? Sudah sempat minta sih, dan kawan saya sekelas yang sekarang
ngantor di parlemen DPR ini off course mengiyakan dan mensupport banget… Okay
deh! Bu Ninik rasanya tokoh masyarakat level nasional yang mampu menggantikan rekom seorang profesor.
Dan rekom dari 4 orang hebat tersebut kemudian menjadi kelengkapan
administrasi lainnya untuk saya upload
dalam format daftar online LPDP.
Bersambung…
Wuihhh prosesnya Dan syaratnya cukup susah jg ya, Mba. Kalau lah nggak punya link2 sprti itu.
ReplyDeleteWuihhh prosesnya Dan syaratnya cukup susah jg ya, Mba. Kalau lah nggak punya link2 sprti itu.
ReplyDeletehmmmmm
ReplyDeletePengeen juga ikut LPDP deh. Hehe
ReplyDeleteWeh... perjuangan sekali ya Mba.
ReplyDeleteWeh... perjuangan sekali ya Mba.
ReplyDeletePinginnn ..
ReplyDelete#ngimpi 😂