Saturday 14 June 2014

Me vs Dog



Menurutku, anjing itu paranoid. maaf jika anda penyayang anjing, it’s just my self opinion, having several bad memories with dogs. Dan aku sudah beberapa kali membuktikan bagaimana paranoidnya mereka.

Siang itu sambil menggendong Kazumi, mendekati gubug di pinggir sungai, hatiku sudah dag dig dug. Konon, tidak hanya satu atau dua, tapi beberapa belas anjing suka berkeliaran di sana. Kalau bukan karena tanggung-jawab, no way, tak sudi aku pergi. Mbak Mila, pegawai paruh waktuku tak sempat mengambil gajinya sejak beberapa hari lalu. Aku merasa bersalah jika tidak segera mengirimkannya. “Berikanlah gaji sebelum kering keringat mereka” aku pemegang prinsip itu. Untuk tujuan mulia itulah aku nekad mendatangi rumahnya.

Celingak-celinguk mencari jalan setapak teraman untuk mencapai tujuanku, aku tak sadar berpasang-pasang mata memelototi. Belum lagi mengayun langkah, suara-suara yang kubenci itu menyergap.

“guk! Guk! Guk!” satu anjing di utara mengeraskan gonggongan, mencari dukungan kawan.

“guk guk guk!” anjing di timur muncul, berjalan ke arahku dengan tampang garang mengintimidasi

Tanpa pikir panjang aku menyerukan  mantra andalan,

“TOLONG! TOLONG!” sambil balik kanan pelan-pelan, agar mereka tak semakin murka. 3 anjing besar mendekat dari arah berbeda. Aku tambah panik.

“TOLONG! TOLONG!” teriakan kukeraskan agar terdengar oleh pemuda di seberang jalan.

Untung dia merespon cepat, mengambil kerikil dengan wajah mengancam ke anjing-anjing tak-sopan itu. Gonggongan berhenti tapi tak satupun melangkah mundur. Akhirnya kerikil kecil-kecil itu dilemparkan keras-keras. Ketiga anjing itu pontang-panting terusir. Bergegas aku menunaikan tujuan dan buru-buru pergi.

Nah, see???  apa namanya jika bukan paranoid? apa yang dipikirkan anjing-anjing itu? dikiranya aku mau mencuri harta tuan mereka? Dikiranya aku mau menyakiti mereka? aku orang baik-baik, sedang menggendong baby mungilku Kazumi, membawa niat yang baik di dalam hati, tanpa ba bi bu aku digonggonginya. Sialnya, tak berani menghadapiku sendiri, anjing rendah diri itu cari teman untuk menyerang. Untung Tuhan mendatangkan bantuan.

To be honest, aku tak suka menyakiti binatang. Aku tak tega melihat mereka dilempari batu. Tapi, what should i do? cannot help but let him do that, apalagi aku memang terdesak. I don’t like nor hate the dog. But  still I need to thank that anonymous hero, anyway.

Kisahku yang lain tentang anjing, sama, berawal dari paranoia.  Bukan aku tapi anjing-anjing itu. Aku dalam perjalanan pulang sekolah waktu itu. Hobiku, mencari jalan yang tak ramai, menikmati udara yang tak banyak terkontaminasi karbon dioksida, back to nature sambil cari inspirasi. Simply, judulnya tadabbur alam.

Tak tahu dari mana asalnya, seekor anjing putih kecil tiba-tiba muncul di samping jalan. Menggonggong keras. Aku hafal tabiat jelek mereka, cari teman untuk menakuti orang. Hanya dalam hitungan detik, 3 atau 4 anjing kecil lainnya datang. Ramai-ramai mereka menyusul motorku.

Sebel, takut, bingung. Mereka makin kencang berkonfoi sambil gak-guk-gak guk. Ku kencangkan laju motorku. Semakin kencang mereka lari, semakin dekat, semakin nekat. Aku, semakin panik. Pikiranku buntu. Tak sadar, tiba-tiba seluruh organ gerakku telah mengambil alih, menentukan respon cepat. Kedua kaki kuangkat, tanganku memutar gas lebih kencang, mataku terpejam, dan mulutku berteriak lantang

“TOLONG!!! ASTAGHFIRULLAH AL ADHIM!!! TOLONG YA ALLAH!!!”

Entah berapa detik itu terjadi, cepat sekali. Saat aku membuka mata aku segera mengontrol laju motorku. Untunglah tidak sampai jatuh atau nabrak sesuatu. Dan oh!!! Tahukah anda kawan, anjing itu sudah tertinggal jauh dibelakangku. Berbaris berjajar dan diam termangu menatapku pergi.

Mengintip mereka terbengong dari kaca spionku, motor ku hentikan. Lalu “hahaha!!” tertawa sendiri. Kemudian tersadar lalu lihat kanan-kiri. Ada yang lihat nggak ya tadi? Ah memalukan banget...

Itu dua kisah menyebalkanku diserang anjing. Ada lebih banyak sebetulnya. Jadi maklumilah kalo aku menghakimi mereka sebagai paranoiac. And I Thank God that he always set for me an escape.  

Tapi ada juga saat dimana aku tak bisa pergi dari anjing. Beberapa waktu dulu, Aku harus berdiam di desa terpencil di ujung kabupaten Sleman DIY. Di Outclassku yang 3 hari itu aku ditemani gadis chinese yang baik hati dan penyayang anjing. Sedihnya, di lokasi tinggalku banyak orang memelihara anjing. Setiap kali aku gemetaran melihatnya. Kawanku ini mengucapkan pepatah usang ‘tak kenal maka tak sayang”.

Oh please dear!!! you wouldn’t know me even if i tell you thousand times. Aku dan anjing, it’s definitely not such kind of relationship like that.  It’s all about a principle, if only she know that. Really, about a significant principle. Bahwa binatang itu adalah HARAM dalam kitab suciku. Itu yang membuatku takut padanya, takut mendekati dan didekati sosok yang haram itu, lebih daripada takut digigit olehnya.

Dogs, they’re God’s creature. Thus, i cannot hate them. Tapi saya sangat tidak suka kalo ada orang yang memelihara anjing dan membiarkannya keluyuran sesuka hati. Terutama di daerah yang penduduknya mayoritas muslim. Terlebih jika pemiliknya ngaku beragama Islam. hate it to the top. Mau ngeless apapun saya tidak bisa menganggapnya benar. Apalagi kalo pake rujukan Ashabul kahfi. Kenapa ashabul kahfi boleh hidup bersama anjing tapi kita dilarang? Ya iyalah, jamannya juga beda. Tiap Rasul dibekali aturan sendiri-sendiri untuk mengatur kaumnya. Dulu ya dulu, sekarang ya aturan sekarang. Aturan terbaru, yaitu al Quran.  Masak ada orang mengaku muslim tapi badannya najis sepanjang waktu? That’s a very big NO!

Location: Lamongan, Jawa Timur, Indonesia

0 comments:

Post a Comment