Thursday 16 June 2016

Jalan Panjang Meraih LPDP (3): Seleksi Administrasi



Faidza Azamta fatawakkal alallaah (QS 3: 59)

Dan apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt.
(QS Ali Imron; 59)

Kenapa saya harus nulis ini? Karena ngerasa berhutang budi banget sama para awardee LPDP yang mau bebaik hati nebar-nebarkan cerita and tipsnya berburu beasiswa ini di blognya. Darinya saya banyak dapat gambaran, motivasi, plus masukan untuk menghindari hal-hal tak perlu.

Untuk sukses, kita tak perlu gagal dulu. Cukup ngaca dari pengalaman orang, lalu berusaha menghindari kesalahan yang sama.

Nah kali aja cerita saya ini juga manfaat, buat kasih referensi bagi yang pengen atau lagi proses daftar, atau at least buat dongeng-dongengan deh buat yang sekedar nyasar mampir di blog saya. Ihihihi...

Ok, buat yang sudah baca ini dan  ini, kita lanjutkan petualangan ya… 
Bagi yang belum baca, bolehlah anda tengok 2 link tersebut. Moga-moga bisa nemu apa… gitu.

Jadi, apa saja sih persyaratan daftar LPDP? Nih dia, kita bahas atu per atu


   

#  Ijazah s1 atau s2
Pada punya kan? Ya iyalah, sebelum daftar program S2 atau s3, pastikan anda telah lulus di jenjang sebelumnya, jadi anda tak bingung lagi cari ijazah dan menguploadnya. Atau buat yang ijazahnya dijaminkan buat cari pinjeman, segera keluarin deh! Kasian ijazah yang tak berdosa harus ikut menanggung beban hidup anda. Kekeke…


       # Transkrip NNai
 Because ijazah and transkrip are a set, sehati sejiwa sepenanggungan, jadi idem atas yah…


     #  Essay dan Rencana Studi
Nah ini bagian yang paling lamaa dan butuh mikiiir banget buat dikerjakan. Ada 3 tulisan yang harus kita buat sedetail dan sematang mungkin tentang Sukses Terbesar dalam Hidupku, Kontribusiku bagi Indonesia, dan Rencana Studi.


Kenapa esai kita harus super oke? Karena mereka nantinya akan jadi data untuk melihat sejauh mana kompetensi dan komitmen pelamar, serta mencadi acuan pertanyaan pada tahap wawancara. So, esai yang panjangnya nggak lebih dari 500 kata ini, harus mampu menjawab informasi inti yang ditanyakan pihak pemberi beasiswa, dengan pilihan kalimat yang cerdas dan mampu menonjolkan kualifikasi kita.


Tapi, awas!!! Kalo kita berlebihan, kita pula yang bakal mati kutu di meja wawancara. Maka jangan sampai kenyataan tak seheboh info yang kita tuliskan. Nah pusing tak? Intinya kan, wawancara merupakan tahap veifikasi dari kebenaran data yang sudah disubmit pelamar dalam curriculum vitae, esai dan rencana studi.


Nah tentang rencana studi, melakukan riset ke calon kampus tujuan, calon prodi atau peminatan yang kita tuju, sifatnya wajib banget. Berapa jumlah total sksnya, berapa rincian sks per semesternya, kajian apa saja yang sudah kita pelajari dan akan kita perdalam, serta kajian-kajian baru apa saja yang nantinya akan kita hadapi. Termasuk juga minat kita mempelajari apa.


Akan sangat membantu pula jika kita sudah sampai ditahap faham pada siapa saja dosen di calon kampus tujuan, wa bil khusus yang punya concern dengan kajian yang akan kita teliti nanti. Apa saja kegiatan di luar kampus yang akan kita lakukan untuk pengembangan diri, dan yang paling penting, mau jadi apa kita setelah lulus. Peran apa yang akan kita lakukan untuk membangun Indonesia setelah kita kembali ke masyarakat.


Essai saya sendiri seperti apa? Nggak perfect sih, bahkan ada beberapa ejaan yang masih salah. Seorang kawan yang sudah ahli dalam per-esai-an saya minta jadi reader untuk esai yang saya tulis pertama kali. Tau apa komentarnya? “kok esaimu rasa novel gini sih?”


Ehehehe, saya nyengir sendiri. Sejujurnya itu esai rasa ODOP, gaya nulis saya yang formal ilmiah jadi ngilang entah kemana. Dan memang sih, lagi nyambi bikin novel juga, ceritanya. Ternyata susah ya misahin feelnya bikin novel sama bikin esai ilmiah di saat bersamaan. Ya iyalah… please deh!

Akhirnya saya edit lah tuh esai. Tapi waktu proses upload, sistemnya malah nolak karena masih lebih dari 500 kata. Maka pada jam yang sudah kritis untuk mengirim dokumen itu saya harus edit cepat-cepat.

Kalo pengen tau kayak apa itu jadinya, kapan-kapan deh akan saya post terpisah.


      # Sertifikat Bahasa yang diakui LPDP dan masih berlaku.
Sertifikat yang boleh digunakan untuk apply beasiswa ini adalah ITP/ IBT TOEFL, TOEIC, dan  IELTS dengan skor untuk kampus tujuan dalam negeri,  ITP: 500, IBT: 61, TOEIC: 600 dan IELTS: 6,0. Sedangkan untuk kampus tujuan luar negeri , ITP: 550, IBT: 79, TOEIC: 750 dan IELTS: 7,5.

Nah, saat tes substansial kemarin, saya ketemu teman yang tidak menggunakan sertifikat-sertifikat tersebut tapi menggunakan TOAFL. Dan ternyata diperkenankan lho. Secara jurusan yang diambil adalah agama. Tapi pas tau bahwa di ruang wawancara, para interviewer bisa pakai Bahasa Inggris sewaktu-waktu, dia keder juga.

Maka kalo saran saya, bahasa selain Inggris boleh aja, tapi Bahasa Inggris is a must. Kalo belum nyampe, mending upgrade dulu dari pada setengah-setengah. Eman tenaga, waktu dan biayanya buat kesono kemari. Apalagi jatah daftar LPDP bagi tiap pelamar Cuma 2 kali. Setelah dua kali gagal berarti LOE GUE END, ahaha


#  Surat pernyataan tidak sedang dan akan menerima beasiswa lain, berkelakuan baik, sanggung mengabdi pada masyarakat setelah lulus, dan sanggup menyelesaikan studi tepat waktu.
Ini sih tinggal ngopi aja da nisi. Nggak susah. Yang penting kita bisa jaga amanah kalo kita sudah beneran jadi awardee. Nah!


  #    Surat ijin belajar dari atasan (bagi yang udah kerja).
Ini juga sama. Tinggal isi, minta tanda tangan dan upload. Yang susah adalah kalo atasan kita galak atau gak support. Nah berarti urusan itu harus anda selesain duluan. Atau kalo memang dah mantep mau study, ya udah deh, kerjaan nati-nanti disambung lagi. Eh, solusi gak ya?


   #   Surat Rekomendasi. Ini kemaren udah saya ceritain satu judul sendiri di http://sinichikazumi.blogspot.co.id/2016/06/jalan-panjang-mengejar-lpdp-2-berburu.html,


   #   KTP
Nah biarpun cuma upload KTP, tapi buat saya malah ceritanya jadi drama banget. Masak KTP saya ilang pada saat saya lagi proses daftar sih. Duuuh. Harus ke kantor polisi jadinya. Kemudian ngurus buat KTP baru, mulai dari RT, kecamatan trus nakerduk. Padahal kerjaan lagi buanyaaak banget waktu itu. Susah nyempetin mau keluar sekolah buat ini itu. Eh… ndilalah udah mau deadline, tuh KTP ketemu deh. Thank You ya Rabb…


   #    Surat Keterangan Berbadan Sehat dan Bebas Narkoba dari RS pemerintah.
Ngurus ini nggak lama sih sebenarnya, sehari selesai. Cuman ngantrinya lumayan. Tapi alhamdulillah yang jaga klinik umum di RSUD adalah mamanya murid saya. Thank You lagi ya Rabb


      # SKCK
Sebenernya bukan syarat untuk di upload d berkas kelengkapan. Tapi jadi salah satu dokumen yang akan diverifikasi setelah kita dinyatakan lulus seleksi administrasi. So, dari pada nggak keburu, SKCK saya urus sejak awal.


1   #  LOA dari perguruan tinggi dalam daftar LPDP
Yang ini, kita nggak harus upload dulu kalo belum punya. Nggak jaminan juga kalo punya LOA trus kita bakal diprioritaskan untuk lolos. LOA bisa kita cari setelah dinyatakan lolos seleksi. Hanya saja, ketika udah ada LOA, Persiapan keberangkatan (PK) kita akan didahulukan. Secara, panggilan kampus udah segera.


Nah demikian gambaran tentang persiapan ngelamar LPDP yang harus anda siapkan kalo minat sama beasiswa ini. Semoga cerita saya yang agak ngalor ngidul ini manfaat. Dan… nantikan kelanjutannya ya…

Tes Substansial, tahap paling heboh, hari H yang kita nanti-nanti…

2 comments:

  1. saya telat, harusnya dulu ikut yang beginian mbk Hiday
    #ngimpi :)

    ReplyDelete
  2. Kalo umurnya blm telat, dicoba aj mas

    ReplyDelete