Sunday 5 March 2017

Resolusi 2017


Ini dinding kamarku, penuh tempelan ini dan itu
Hehehehuhu...

Bicara soal cita2, udah dari sejak di rahim ibu saya percaya kalo setiap mimpi itu pasti dikabulkan. Percaya? Baiklah jangan percaya!


Sebenernya belum lama2 juga sih, paling-paling 10 tahunan yang lalu. Saya lihat video bahan kajian buat anak-anak SD. Isinya tentang kisah seorang aktivist yang menulis 100 daftar keinginannya dan ditempelkan di dinding kamar. Dia yakini, dia baca sering-sering. Waktu berjalan. Dia berjuang. Dan Tuhan membuktikan. Nomor demi nomor yang ada di daftar impiannya mulai terbukti. Satu-satu...

Blamm!!!

Saya kaget. Takjub.
...
...
...
Mencoba hal serupa.
Membuktikan.
Sampai di titik ini, sekarang, saya betulan percaya:

Pada akhirnya semua yang kita impikan akan dikabulkan Tuhan. Jika tidak, itu karena kita tak benar-benar memimpikannya (Hiday Nur, 2017)

(Ingat-ingat! cetak tebal, underline, copy paste! Jangan lupa sebutkan rujukan!)

Nah, bicara tentang resolusi, di dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa ia adalah perubahan sosial/ kebudayaan maha cepat yang menuntut adanya kekerasan atau tidak. (itu revolusi, saudara!!)

Beda dengan esolusi ala Darwin, yang diartikan perubahan perlahan-lahan dalam waktu lama, karena tuntutan hidup, adaptasi atau mati. (Om!! Itu Evolusi, OM!!)

Oh.. oh.. iya iya, setelah saya cek ternyata salah istilah. Kita kan ngomingin resolusi ya. Re-sol-u-si.

Jelas kalau ini sih berasal dari kata Resol dan usi. Resol adalah jajanan gurih berupa fla sayur dan daging yang dibungkus kulit lumpia terus dikasih tepung panir. Sedangkan Usi... jujur saya belum pernah dengar ada resol-usi. Saya taunya resol-mayo...

Sudah sudah, hentikan! Hentikan!!!

Kita ngomongin resolusi yang artinya adalah cita-cita!!! (LHO??? Sejak kapan orang menjadikan resol-mayo sebagai cita-cita??)

Krik-krik...
(okey, abaikan)

Untuk mempersingkat tulisan karena habis ini saya masih harus bersih-bersih diri dan kerja bakti, baiklah... resolusi tahun ini....

Enggak tahun baru saja saya selalu bikin resolusi, apalagi iya...
Saya menulis dan hampir selalu membaca daftar keinginan saya, 5 kali sehari, seperti anak kecil ketagihan minta bodrexin.

Daftar keinginan saya puanjaaaang, jumlahnya seratus, eh lebih, dan bisa lebih panjang lagi kalo pas saya ada keinginan baru, yang langsung saya tulis.

Tapi baru berapa waktu kemarin, saya dapat ilmu baru. Meski kita punya banyak keinginan, fokuskan tidak lebih pada 5 hal saja! Oh, baiklah...

Jadi gini... fokus saya tahun ini adalah...

1. Family. Yang ini, Always prioritas. Merawat diri dan keluarga, menjadi keluarga surgawi, tempat saling belajar, saling menyayangi, saling menguatkan tujuan; berprestasi, manfaat, cari bekal kembali menghadap Allah. Memohon ampunan, ridho, rizki yang luas dan kesehatan, biar ibadah terasa nikmat dan hidup jadi manfaat, lalu mati dengan selamat dan khusnul khotimat.

2.Pendidikan. Saya berharap bisa tuntas s2 tanpa halangan. IPK semoga aman di angka 3,8. (Lebih juga boleh, ya Rab... kabulkan doa hambamu... huhu). Setelah itu, bisa dapat beasiswa lanjutan dari LPDP untuk ambil s3 Islamic Study. Demi anak dan suami, di dalam negeri juga saya rela kok ya Allah... asal saya dikasih kesempatan short-course dan penelitian keliling dunia.

Ke US, Eropa, Aussy, Jazirah Arab. At least ke negara2 yang pernah muncul di mimpi saya; Amerika, Jerman, makan roti Holland di depan sungai Rhein, Brazil, Hongkong, Mesir, Makkah-Madinah, belakangan India.. (ngipi saya aneh-aneh, btw. Dan yang udah come true baru ke Singapore dan Malaysia).

Buat family, saya mohonkan selalu agar anak2 selalu cinta menuntut ilmu. Butuh belajar seperti mereka perlu menghirup udara. Jadi anak-anak sukses dunia-akhirat. Well educated, bisa jadi profesor semua, menuntut ilmu sampai ke ujung dunia, manfaat bagi umat dan bangsa. Juga, my hubby sayang  yang selama ini selalu mengalah agar saya bisa sekolah duluan, bisa melanjutkan juga studinya tentang Ekonomi Islam. I love you fulll, suamikuuu...

3. Saya dan suami pengeeeen banget tahun ini dikasih Allah kesempatan untuk segera daftar haji, kemudian berharap bisa mendampingi Ibu yang berangkat beberapa tahun lagi dan belum ada mahram yang menemani. Emang bisa semudah itu?

Daftar tunggu haji kan ribet dan lama? Well... kembali ke pasal satu: Pada akhirnya semua yang kita impikan akan dikabulkan Tuhan. Jika tidak, itu karena kita tak benar-benar memimpikannya (Hiday Nur, 2017).

4. Yang keempat, ini baru soal dunia tulis-tulis. Saya pengen banget... (tolong amini berjamaah ya kawans, pliiis!!!) menghasilkan buku-buku best-seller. Di sebuah grup kepenulisan, saya menuliskan bahwa tahun ini, setidaknya ada 4 draft buku yang saya selesaikan, beragam genre.

Semoga semuanya berakhir sebagai karya-karya best seller (aamiiin lagi ya rabb), dan paling penting, bisa menjadi proses belajar buat saya, berkenalan dengan banyak penulis hebat, dan... jadi amal jariah, syafaat di yaum al akhir (Aamiiiiiin, aamiiiin lagi)

5. Nomer 5, saya pengen punya ........ (teeet, sensored). Maafkan, ini agak duniawi, hehehe. Jadi saya tak minta langsung ke yang punya otoritas saja. Hahaha... tolong nggak usah kepo ya. meski duniawi, semoga kalo Allah kasih ......... (ini) ke saya dan keluarga, semoga manfaatnya dunia akhirat juga. Aamiiiiiin (terus aamiiiiiin, pokoknya).

Nah itu tadi resolmayo, eh resolusi saya tahun ini. cita-cita itu gak ada yang ketinggian. Katanya sih begini:

Bercita-citalah yang tinggi. Sekiranya jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang (Sukarno)

Tuing-tuing, aseeeek
(sebenernya itu serem lho... bintang kan panas! Huwaaaa...)

Okeh-okeh-okeh, demikian resolusi ini saya tulis.
Saya tak pandai membuat akhiran.
Kalau ada sumur di ladang, jangan asal menumpang mandi. Belajarlah dari dewi Nawang Wulan yang tak mendapat tiket surga gegara Joko Tarub mencuri bajunya.

Tantangan Estina, lunas.
Ciaoooo!!!

2 comments:

  1. Semoga terkabul harapan dan cita-citanya ya mbak.. :) aamiin..

    ReplyDelete
  2. Aamiin. Aamiin. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin...

    ReplyDelete