Wednesday 9 March 2016

Bilik tak bersekat




Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bilik adalah ruang-ruang kecil yang bersekat.  Namun bilik ini berbeda.
Kenapa? Tak bolehkah kita menamai bilik pada ruang yang tak bersekat?
Baiklah kalau kawan memaksa, aku akan katakan, sebetulnya dia bersekat.
Mana?
Sekatnya maya. Sekatnya adalah asyiknya jogging dan nikmatnya aneka kulinari yang menutup mata pengunjung car free day dari dasaran buku ini.


Tepat bakda Shubuh bilik ini dibangun. Alasnya selembar tikar 1,5 x 2,5 meter.
Di atasnya, segala jenis buku dihamparkan. Dari novel, kumpulan cerpen, puisi atau non fiksi.
Dari kisah cinta, ibadah, hingga motivasi. Temanya komplit buat balita, ibu hamil, atau manula

Di sudut depan, sebuah X banner berdiri. Isinya menegaskan, ini  benar sebuah bilik, bukan teras atau serambi.
Bilik ini menghadap selatan. Sedang timurnya, beton bekeramik yang diserupakan kursi. Belakangnya, batas utara, sebuah ruang mini berbentuk octagon yang belum punya fungsi.
Lalu apa di sisi barat? Ada Ibu penjaja kolam pancing plastik yang juga menjadi pembaca pemtama bilik baca.
Nah itulah bilik baca yang kukelola bersama teman-teman Forum Lingkar Pena Tuban. Bila kawan sudi mampirlah ke car free day di kota kami.
Kenapa kami harus susah-susah menggelar bilik terbuka ini? Bukankah sudah ada perpustakaan umum? Perpustakaan sekolah?
Yup, benar. Tapi kami tak yakin pengunjungnya sudah menunjukkan angka seperempat jumlah penduduk produktif di kota kecil kami. Apalagi separuh. Perpustakaan sekolah, sepertinya nasibnya tak jauh beda.

So, why? Tak bisakah kita terus menulis aja? Kita komunitas menulis kan, bukan komunitas baca?

This is it, kawan!
Kalau kita rajin menulis tapi tak membangun minat baca di masyarakat, siapa yang akan baca karya kita nantinya?
Membawa bilik baca ke tengah keramaian bukan ajang sok-sok’an atau keren-kerenan. Dengan ini kita berkampanye. Membaca itu asyik. Membaca itu butuh. Sama butuhnya dengan berolahaga dan makan-minum. So, pengunjung car Free Day yang hobi nyeport dan berwisata kuliner akan lebih komplit rekreasinya kalo mampir baca di bilik kami yang tanpa sekat.

Eit, beranjak siang, pengunjung kami bertambah ramai. Alhamdulillah...
meski belum mewakili separuh pengunjung pasar rakyat setiap Ahad pagi ini.  
Tapi one day, kami yakin itu bukan hal yang mustahil, karena kami selalu setia menanti mereka semua di sini, setiap Ahad pagi

 #ODOP
#MenulisSetiapPagi




15 comments:

  1. Subhanallah, mbak hidayati..

    Saya suka semangat juang,mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Doakan sllu istiqomah ya, uni :)

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. Menginspirasi mba, jadi ingin mengadakan juga.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. mbak hidayai keren sekali sama FLP Tuban nya. Semoga konsisten n cepet terwujud visinya.. :D
    daerah kota 1,5 jam lebih kalau saya spedaan, semoga suatu hari bisa bergabung :))

    ReplyDelete
  6. Mbak Hiday, terima kasih sudah menginspirasi. Keren banget...

    ReplyDelete
  7. Mohon doanya agar istiqomah ya mbak :)

    ReplyDelete